JAKARTA-JARRAKPOSBALI.COM – KOMANDAN JENDERAL (DANJEN) KOPASSUS Mayor Jenderal (Mayjen) TNI I Nyoman CantiasaTNI, S.E., M.Tr. (Han), merupakan salah satu komandan cerdas nan brilian yang pernah memimpin Korps Baret Merah ini.
Sehari jelang peringatan HUT ke-68 KOPASSUS, “jenderal baret merah” asal Buleleng, Bali itu sempat ditemui Pendeta Gilbert Emanuel Lumoindong dan timnya dalam Program Temu Debat miliknya bertajuk “Berbincang Bersama Danjen KOPASSUS TNI” yang disebarkan lewat channel youtube.
Sejumlah gagasan dan ide brilian Mayjen Cantiasa patut dibaca serta menjadi referensi bagi semua pihak terutama para pemimpin dalam mengorganisir dan memimpin lembaga atau negara. Itulah alasannya, Jarrakpos Group yang merupakan salah satu media online terbesar nasional yang memiliki puluhan juta pembaca dan followers, mengutip pernyataan brilian sang jenderal bintang dua asal Bumi Panji Sakti itu.
Sebagai jenderal brilian, Cantiasa ternyata cukup peka terhadap setiap situasi yang berkembang di negeri ini dan setiap perkembangan keadaan di sekitar “Korps Baret Merah” yang dipimpinnya. Maka tidaklah heran bila peringatan HUT ke-68 KOPASSUS yang jatuh pada tanggal 16 April 2020 lalu dirayakan secara sangat sederhana di internal KOPASSUS sendiri.
“Terima kasih atas ucapan HUT KOPASSUS ke-68. Pelaksanaan HUT KOPASSUS dilaksanakan secara sederhana. Kita harus bijak bahwa situasi bangsa ini, kita sedang prihatin ada wabah pandemik COVID-19. Walaupun orang melihat ulang tahun harus hura-hura tetapi situasi begini kita laksanakan sederhana,” ujar Mayjen Cantiasa mengawali obrolannya.
Saking sederhananya, kata dia, para sesepuh KOPASSUS, pimpinan TNI dan pimpin TNI-AD pun tidak diundang. Pun demikian, Cantiasa dan anak buahnya tetap memohon doa restu bagi pasukan elite TNI-AD ini. “Kita laksanakan internal saja sehingga tidak mengundang rekan-rekan di luar termasuk sesepuh KOPASSUS. Kita hanya mohon doa restu dari pimpinan TNI, pimpinan TNI-AD, para sesepuh KOPASSUS yang sudah mengukir nama besar Korps Baret Merah ini,” ungkap mantan Kasdam XVII/Cendrawasih ini.
Menariknya, Mayjen Cantiasa mempunyai konsep kepemimpinan yang sangat humanis dalam memimpin anak buahnya. Bahkan konsep kepemimpinan humanis itu juga ditawarkan kepada pimpinan sipil dalam memimpin Nusa dan Bangsa ini.
Seperti apakah konsep kepemimpinan humanis ala Mayjen Cantiasa? “Kita sebagai pemimpin harus melayani dengan hati. Prajurit atau orang-orang yang dekat-dekat kita adalah manusia yang punya perasaan sama seperti kita sendiri. Kalau kita melayani dengan baik maka dia akan setia kepada kita,” jawab jenderal bintang dua kelahiran 26 Juni 1967 itu.
“Karena ada istilah di tentara, saya sampaikan bahwa kita harus setia kepada pimpinan, kita harus setia sama kawan dan kita harus setia sama anak buah. Jadi hal-hal ini mendasari kita, kita harus perlakukan mereka dengan baik. Karena kalau kita sudah berpikir di luar itu, saya pikir responnya tidak baik,” sambung mantan Danrem 163/Wirasatya itu.
Nah, seorang pemimpin baik itu pemimpin TNI mapun sipil yang menganut konsep kepemimpinan humanis, diyakini oleh Cantiasa akan terbangun masyarakat yang harmonis dan beradab. “Ini juga tercermin di masyarakat. Bagaimana kita hrus melayani umat di Indonesia ini untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Kita sesama anak bangsa harus sama-sama ikut berkiprah dalam membangun bangsa ini,” ungkap Cantiasa.
Menariknya lagi, Mayjen Cantiasa menyatakan bahwa pemimpin itu adalah pelayan yang bertugas melayani masyarakat bukan sebaliknya. Karena suksesan seorang pemimpin itu merupakan hasil karya orang yang dipimpinnya.
“Dan yang paling penting adalah kita harus mampu untuk menjadi pelayan-pelayan anak buah kita, atau pelayan-pelayan masyarakat kita. Karena apapun yang kita kerja adalah hasil dari perjuangan mereka. Kita tidak mungkin menjadi besar, kita tidak mungkin disebut komandan, kita tidak mungkin disebut pemimpin kalau tidak punya anak buah. Harus berimbang, sehingga mau tidak mau kita harus layani mereka dan saya yakni mereka akan respek pada kita,” papar Mayjen Cantiasa dengan mimic serius.
Lalu, ia memberi contoh ketika bertugas di Tanah Papua. Saat semua pihak berpandangan bahwa masyarakat Papua itu keras dan susah diajak berkomunikasi termasuk kelompok separatis bersenjata (KSB) atau OPM (Organisasi Papua Merdeka) tidak bisa dijinakkan, jenderal asal Bali Utara itu bisa masuk dan berhasil membangun komunikasi dengan masyarakat Papua.
“Saya percontohkan kebetulan saya pernah di Papua. Bagaimana kita melayani masyarakat di Papua dengan hati. Masyarakt disana sangat sederhana sehingga kita bisa turunkan KSB atau OPM orang bilang di sana yang sering angkat senjata. Kita luluhkan hatinya kembali ke pangkuan NKRI bukan dengan kekerasan,” ceritanya.
“Saya sering sampaikan kepada msyarakat di sana (Papua, red), kita harus ajak mereka, kita harus imbau mereka untuk kembali ke pangkuan NKRI, dengan cara pendekatan dengan hati, kita harus terima mereka, kita harus masuk ke budaya mereka, budaya Papua itu betul-betuk masih sangat sederhana. Jangan sampai perbedaan suku, agama, kulit, rambut, dan sebagainya itu pemisahkan kita. Jadi, kita harus betul-betul menjadi anak-anak bangsa ini bersama dengna mereka (masyarakat Papua) tidak ada rasa yang lain. Harus memimpin dengan rasa, apa yang dipikirkan mereka harus kita merasakan, penderita mereka, masalah mereka, keterbelakang mereka, kemudian mereka merasa ditinggal disitu, bahwa pembangunan hanya di Jawa saja. Kita sampaikan bahwa Presiden, pemerintah, TNI-Polri semua membangun tanah Papua,” kisa Mayjen Cantiasa dengan penuh perasaan.
Editor: Francelino