Berita

Mimih Dewa Ratu, Foto dan Video Mesum Diduga Oknum Pandita di Buleleng Tersebar di Medsos

Begini Tanggapan Pihak PHDI Buleleng

BULELENG, jarrakposbali.com ! Beredarnya foto dan video porno seorang tokoh Agama (Pandita) dengan selingkuhannya asal Buleleng di sejumlah platform media sosial, rupanya telah mencoreng citra kepanditaan di Bali yang selama ini disebut suci.

Kondisi tersebut membuat geram tokoh-tokoh Hindu di Bali, serta masyarakat Bali. Mereka meminta “Pandita Porno” tersebut segera dicopot dari kepanditaan karena sudah sangat tidak layak menjadi seorang Pandita. Bahkan jika perlu, pandita tersebut wajib mengelar upacara khusus (Guru Piduka mapun pecaruan) karena telah membuat leteh jagat Bali.

Kritikan pedas juga disampaikan oleh Wakil Ketua IX PHDI Buleleng Putu Wilasa. Menurutnya, perbuatan yang dilakukan oleh oknum Pandita tersebut (jika benar itu seorang pandita), perbuatan tersebut merupakan gambaran jaman Kaliyuga.

“Saya tidak terlalu heran dengan kasus ini karena ini sudah disebutkan dalam Bhagawata6 Purana,” ujarnya, Sabtu (25/2/2023).

Disebutkan, ketika jaman Kaliyuga, Dharma hanya bertopang pada satu kaki. Menyebabkan prilaku manusia, baik laki-laki dan wanita kehilangan sifat mulianya. Para pendeta akan jatuh karena hidup dan bergaul dengan orang hina dan kotor. Termasuk para pemimpin, politisi yang seharusnya mengayomi rakyat, kadang kala justru menjadi perampok masyarakat.

Sebenarnya PHDI maupun tokoh Agama sudah berupaya maksimal mengendalikan ini agar umat manusia tetap berjalan pada Darma dengan rutin memberikan pembekalan atau Diksa Pariksa calon Pandita. Dalam pembekalan-pembekalan tersebut, selalu ditekankan agar jangan jaman kali dipakai pembenar untuk bisa berprilaku adharma.

“Tetapi hendaknya berusaha mencari pegangan untuk tidak hanyut disaat ada Tsunami Kaliyuga. Pegangan yang dimaksud adalah kembali kepada Agama sebagai basis kehidupan,” tegasnya.

Agama menurut Wilasa berfungsi dalam hidup sebagai “Obor” atau sebagai penerang untuk bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Agama merupakan peredam gejolak jiwa yang sedang tertipa kesusahan (Gita VIII.8). Agama juga sebagai pemberi harapan terhadap hidup sesudah mati melalui ajaran hukum karma.

Namun demikian, pihaknya mengapresiasi kepada calon Pandita yang memang siap menjadi pandita di jaman kali. Mengingat menjadi Pandita di jaman kali tidaklah mudah, banyak tantangan dan godaan menghadang.

“Di jaman kali ini seseorang sangat mudah dan gampang memberi contoh, tapi sangat bisa menjadi contoh,” imbuhnya.

Terkait tindakan atau sanksi yang diberikan terhadap terduga Pandita yang berbuat mesum tersebut, menurut Wilasa, itu bukan menjadi kewenangan dari PHDI, melainkan kewenangan dari NABE. Namun menurutnya lembaga wajib mengawasi kasus tersebut agar jangan sampai NABE tidak mengambil tindakan. Mengingat prilaku onkum Pandita tersebut telah menodai dan menurunkan kesucian Pandita sacara keseluruhan dan Umat Hindu umumnya.

Sementara itu, dari informasi yang diproleh dari sejumlah warga sekitar, oknum Pandita mesum tersebut telah dilengserkan dari kepanditaan dan kembali menjadi masyarakat biasa. Dia juga infonya dilarang memimpin (memuput) karya apapun karena dinilai masih leteh atau kotor.

Diberitakan sebelumnya, foto dan video mesum diduga oknum Pandita di Buleleng dengan selingkuhannya beredar di media sosial. Dari informasi yang diperoleh, foto-foto dan video tak senonoh tersebut beredar lantaran, oknum Pandita salah mengirim foto dan video. Dia bermaksud mengirim ke selingkuhannya, namun justru terkirim ke group WhasApp Pandita, sehingga kemudian tersebar.(ded)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button