
SINGARAJA, Jarrak Pos Bali – Menjadi sebuah pertanyaan besar mengenai konsumsi daging yang terpapar wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Wabah PMK menjadi sebuah momok menjelang datangnya hari raya Idul Adha, karena menyerang hewan kurban seperti sapi.
Bahkan beberapa hari terakhir heboh menyerang hewan ternak di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Buleleng.
Pertanyaannya, bisakah daging sapi yang terkena PMK dikonsumsi oleh masyarakat?
Atau justru konsumsi daging dengan PMK akan menimbulkan bahaya bagi manusia?
Menurut Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Cabang Buleleng, Gede Eka Subiarta, SST., bahwa mengkonsumsi daging terpapar PMK masih bisa dikonsumsi.
Namun, ada beberapa bagian tertentu yang harus dihindari untuk dikonsumsi.
Karena itu, mengkonsumsi daging sapi terjangkit PMK tetap aman, dengan pendekatan teknis dan prosedur tertentu.
Sehingga masyarakat hendaknya tidak panik dengan adanya isu-isu miring mengenai wabah PMK yang menyerang hewan ternak yang juga menjadi hewan kurban.
“Kita harus perhatikan bagian mana yang harus diolah. PMK sumbernya di mulut dan kaki yang nota bene penyebaran dari air liur,” jelasnya.
“Bagian daging murni itu masih aman dengan catatan pengolahan harus benar,” lanjut Gede Eka Subiarta pada hari Selasa, 5 Juli 2022.
“Pada organ dalam seperti jeroan diusahakan jangan dikonsumsi ataupun diolah,” tambahnya.
Pengolahan serta penyajian sangat penting dilakukan untuk memastikan tingkat kesehatan dari pangan yang dikonsumsi.
Selain menghindari organ yang dianggap sebagai sumber PMK, dirinya berharap masakan yang disajikan benar-benar dalam keadaan matang sempurna.
“Jangan sampai setengah matang. Sebelumnya juga harus dicermati daging-daging yang diolah dari beberapa ciri,” uja Gede Eka Subiarta.
“Daging yang diolah harus segar, berwarna khas daging dan bau yang wajar,” imbuh pria yang akrab disapa Eka Soebi.
Hal yang sama juga dijelaskan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo; mengenai konsumsi daging terinfeksi wabah PMK.
Syahrul Yasin Limpo berharap agar masyarakat tidak berspekulasi berlebihan hingga mengakibatkan dampak lanjutan.
Yang akan berakibat pada anjloknya harga tenak sehingga menimbulkan kerugian di tingkat peternak. (fJr/JP)