Bencana AlamJembrana

Atasi Persoalan Banjir Bandang, Ini Solusi Tepat dari Bupati Tamba

JEMBRANA, jarrakposbali.com ! Banjir bandang yang menerjang kawasan Jembrana, khususnya di lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring dan Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, pada Minggu (16/10/2022) malam lalu ternyata bukan yang pertama kalinya.

Menurut sejumlah warga yang menjadi korban bencana, banjir bandang di wilayah tersebut sudah terjadi sebanyak empat kali dan bencana kali ini merupakan bencana terparah yang menghancurkan ratusan rumah warga, tempat ibadah, hewan ternak dan fasilitas umum lainnya serta satu korban jiwa.

“Disini sudah empat kali diterjang banjir bandang dan yang kali ini paling parah. Ini agar diperhatikan oleh pemerintah, bisa mencarikan solusi sehingga kedepan tidak terjadi lagi. Kasihan masyarakat menjadi korban,” ujar Putu Suarnyana, warga Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring.

Sejumlah warga mengungkapkan, dari empat kali bencana tersebut, diduga kondisi hutan yang gundul menjadi biang kerok masalah. Terbukti setiap terjadi bencana banjir bandang didahului turunnya hujan deras di kawasan hutan, sementara di perkotaan tidak terjadi hujan.

Sejumlah rumah warga hancur akibat diterjang banjir bandang. *source on youtube : jarrakposbalitv

Lantaran kondisi hutan yang gundul, air hujan tidak bisa terserap namun mengalir deras ke hilir menjadi banjir, dengan membawa batang-batang kayu besar sisa penebangan terdahulu serta material lainnya.

“Kami meminta ada tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi penggundulan hutan, sehingga kedepannya tidak lagi ada bencana seperti sekarang ini,” imbuhnya.

Persoalan bencana klasik tersebut pun kemudian dengan cepat disikapi oleh Bupati Jembrana I Nengah Tamba dengan memanggil dan mengumpulkan ratusan warganya yang menggantungkan hidup dari hutan.

Para pemegang hak pengelolaan hutan ini dikumpulkan di Rumah Jabatan Bupati Jembrana beberapa waktu lalu. Mereka diminta menandatangani surat pernyataan terkait menjaga kelestarian hutan.

“Kita minta mereka menjadi jaga wana. Ya itu tadi tugas mereka bersama-sama menjaga kelestarian hutan, sambil mereka bertani,” terang Bupati Tamba dikonfirmasi, Senin (24/10/2022).

Dalam surat pernyataan yang sudah mereka tandatangani, mereka bertugas menjaga dan mengawasi hutan dari ulah-ulah oknum yang tidak bertanggungjawab. Misalnya dari pemalakan liar, atau penebangan pohon-pohon.

“Mereka juga tidak boleh menebang pohon di hutan dengan dalih apapun. Ini untuk menjaga kelestarian hutan, sehingga tidak terjadi bencana lagi,” ujar Tamba.

Bahkan Bupati Tamba akan memberikan hadiah bagi jaga wana yang berhasil menginformasikan adanya pelaku penebangan liar lengkap dengan bukti-bukti berupa dana Rp 2 juta. Namun ditegaskan pula, jika surat pernyataan yang telah ditandatangani dilanggar, maka akan berhadapan dengan proses hukum.

Selain itu, Bupati Tamba juga memberikan solusi mengatasi bencana banjir dengan meninggikan jembatan Bilukpoh dari keadaannya sekarang. Minimal dinaikan lagi 2 meter, agar saat terjadi banjir, material banjir seperti kayu dan bambu serta lainnya tidak mudah tersangkut di jembatan.

“Untuk solusi ini, saya sudah sampaikan kepada yang membidangi. Mudah-mudahan usulan ini bisa dilaksanakan sehingga bisa mengurangi air sungai meluap saat terjadi banjir,” imbuh Bupati Tamba.(ded)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button