SINGARAJA-JARRAKPOSBALI.COM – Sosok Putu Lila, 46, pria asli Sangket, Kelurahan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, mampu memanfaatkan pelepah pisang yang tidak berguna menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.
Pelepah pisang kini membuat dia menjadi eksportir. Ya, Putu Lila menjaid eksportir kerajinan pelepah pisang. Produksinya mampu menembus pasar ekspor ke Maldives dan Spanyol dengan omzet Rp 15 Juta sebulan.
Lokasinya berada di belakang Balai Banjar Desa Adat Sangket, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada. Sebuah industri rumahan yang berawal dari industri rumahtangga (home industry) dan sampai saat ini masih sebagai industri keluarga. Industri yang menghasilkan berbagai kerajinan yang bahan utamanya adalah pelepah pisang.
Pemiliknya adalah Putu Lila. Pria ini sudah memulai usahanya sebagai pengrajin pelepah pisang dari tahun 2004. Selama kurang lebih 16 tahun tersebut, Putu Lila sudah mengalami pasang surut usaha seperti halnya yang juga pernah dirasakan pengusaha atau pengrajin lainnya. Ketika menghadapi masa surut, Putu Lila tetap bersabar dan tekun menjalani usahanya.
Usaha Putu Lila ini sempat dikunjungi oleh Dekranasda Buleleng saat menunjukkan kerajinan yang dimiliki Buleleng kepada Dekranasda Belitung Timur. Disana, Putu Lila menampilakn berbagai kerajinan seperti frame foto dan lukisan pasir yang dibingkai dengan pelepah pisang. Selain itu, ia menampilkan proses dari melukis pasir tersebut.
Putu Lila mengatakan, usahanya berawal dari hobi melukis. dari itu, dia mengembangkannya menjadi sebuah usaha. Produk-produk yang dihasilkan antara lain frame foto, asbak, hiasan berbentuk botol dan lukisan pasir. Semuanya memiliki seni yang memiliki nilai jual ekspor. Dua negara sudah dituju untuk ekspor yaitu Maldives dan juga Spanyol.
“Ini berawal dari hobi pak. Namun terus berkembang hingga kami sekarang sudah melakukan ekspor ke dua negara yaitu Maldives dan juga Spanyol,” ujar Putu Lila.
Pada awalnya, Putu Lila menjual hasil kerajinan pelepah pisang tersebut ke ¬art shop di wilayah Buleleng dan juga luar Buleleng. Setelah itu, Putu Lila memiliki jaringan sehingga bisa mengundang travel agent untuk membawa wisatawan ke tempat produksi. Dari kedatangan wisatawan tersebut, dirinya mendapatkan pesanan dari Maldives dan juga Spanyol. “Kami kirim lewat kargo. Ada teman saya yang bekerja di kargo sehingga bisa mengirim ke dua negara itu,” ungkapnya.
Sampai saat ini, dirinya hanya memanfaatkan anggota keluarganya untuk menjalankan usaha ini. Total ada enam orang pekerja yang membuat kerajinan mulai dari meilah pelepah pisang sampai pada mewarnai lukisan dengan pasir. Seluruh kerajinan ini bisa menghasilkan omzet sampai Rp 15 juta sebulan. “Untuk omzet, naik turun. Paling banyak Rp 15 Juta,” kata Putu Lila.
Di tengah berkembangnya usaha kerajinan pelepah pisang ini, ada hambatan yang mempengaruhi jalannya usaha. Hambatan tersebut adalah peralatan atau mesin. Putu Lila mengakui selama ini seluruh proses produksi dilakukan dengan cara manual. “Saya sangat mengharapkan bantuan peralatan mesin sehingga pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat,” harap ayah tiga orang anak ini.
Pada saat kunjungan dari Dekranasda Belitung Timur, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disdagprinkop UKM) Buleleng, Drs. Dewa Made Sudiarta ikut mendampingi. Ia mengakui bahwa Putu Lila merupakan salah satu pengrajin potensial di Buleleng.
Usahanya mengembangkan kerajinan dan juga ekspor ke luar negeri menjadi contoh bagi pengrajin lainnya. Hasil kerajinan dari pelepah pisang sudah sering diikutkan dalam pameran sebagai sarana promosi. “Kami ikut sertakan di pameran baik daerah, provinsi maupun pusat,” ucapnya.
Berbagai upaya pun dilakukan untuk terus memberdayakan pengrajin seperti Putu Lila ini. Jumlah pengrajin atau pelaku UKM yang terdata adalah 35.555. Dari jumlah tersebut, yang potensial adalah 50 persen dan bergerak di sektor produksi. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar pada bidang UKM di Kabupaten Buleleng. “Kita harus terus mendorong dan mendukung keberadaan dari para pengrajin atau pelaku UKM ini,” imbuh Dewa Made Sudiarta.
Dari jumlah tersebut, upaya pengembangan yang dilakukan Pemkab Buleleng, Dewa Made Sudiarta menegaskan selain peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pendampingan seperti pengembangan sentra-sentra UKM. Selama ini, sentra UKM ini sebenarnya sudah berkembang seperti di Desa Tigawasa.
Bagaimana pengrajin atau pelaku UKM berkelompok untuk menguatkan lembaganya. Kemudian bisa bersatu menguatkan diri dan menguatkan pasar. “Termasuk kita lakukan pendampingan bagaimana agar inovasi dilakukan oleh para pengrajin atau pelaku UKM,” tegasnya.
Penulis: Junior
Editor: Francelino