SINGARAJA, jarrakposbali.com – Inovasi bisa datang dari mana saja. Inovasi juga tak melulu tentang teknologi. Buleleng yang kini mengusung tagline BUKAKAK atau Buleleng Kaya Karya menjadi terasa nyata dengan ide dan tangan kreatif masyarakat Bali utara.
Seperti yang dilakukan Gede Wikrama Putra Setia Diana, pemuda asal Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Di sebuah pondok terbuka dan di tangannya, Wikrama berinovasi membuat kerajinan dari campuran jerami, sekam, dan dedak padi. Sejumlah campuran dari bahan alam itu kemudian ia ubah menjadi nano dan dibentuk menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.
Di tengah alunan suara mesin serta aroma cat semprot, Wikrama menuturkan bahwa usaha inovasi kerajinan ini sebenarnya sudah ia mulai sejak tahun 2017 lalu, setelah ia menamatkan studi di Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha. Inovasi ini pun kata Wikrama, merupakan kerja sama dengan dosennya dulu, bahkan disebutkannya sudah memiliki paten.
“Dari tamat kuliah langsung buka usaha. Ini berasal dari paten yang dikembangkan dengan dosen, dari pada tidak berjalan patennya, akhirnya saya jalankan,” ujarnya sembari menyelesaikan kerajinan saat ditemui pada Selasa, 2 Januari 2024 siang.
Hasil dari campuran jerami, sekam, dan dedak padi itu menghasilkan sejumlah kerajinan. Seperti plakat hingga kitchenware. Plakat dan patung karya Wikrama, merupakan hasil inovasi kerajinan pertama yang dibuatnya. Sekali produksi dalam satu hari, ia dapat membuat sampai 15 plakat dan 5 patung.
“Untuk harga dari produk kami memiliki berbagai rentang harga. Kalau plakat mulai dari harga Rp 50 ribu sampai 500 ribu, sedangkan patung dengan harga antara Rp 100 ribu hingga Rp 800 ribu,” lanjutnya memaparkan.
Tak puas dengan dua kerajinan tersebut, hasil inovasi dari bahan alami ini lalu dikembangkan ke arah kitchenware atau peralatan dapur. Seperti piring, mangkok, sendok, dan garpu. Hasilnya, produk tersebut ternyata mendapat sambutan baik dari sejumlah kafe. Bahkan Wikrama menyebutkan pasca rilisnya produk peralatan dapur buatannya, mereka mendapatkan permintaan yang cukup tinggi.
Hasil kerajinan ini ternyata tak hanya menjadi perhatian di pasar lokal, tetapi juga tercium hingga pasar internasional. Meski tidak dalam jumlah yang banyak, tetapi ini menjadi langkah positif dalam ekspansi pasar internasional. Wikrama pun sudah mengekspor produk mangkok sebanyak 500 pcs dan piring sebanyak 700 pcs ke Skotlandia.
“Dari luar negeri ada pesanan tapi sedikit, lebih banyak di kitchenware seperti mangkok hingga piring berbagai ukuran. Tahun 2023 lalu dapat pesanan dari Skotlandia, mereka beli produk peralatan dapur setengah kapasitas kontainer,” ucapnya.
Lalu bagaimana dengan dukungan pemerintah daerah? Wikrama menuturkan bahwa pemerintah daerah juga melirik produknya dan selalu menggunakan produk kreatif ini sebagai souvenir apabila ada kunjungan kedinasan.
“Kalau dari pemerintah daerah menggunakan produk kami sebagai souvenir berbentuk singa ambara raja, saat ada kunjungan dinas,” sambungnya menjelaskan.
Dengan usahanya di bidang kerajinan, Wikrama berhasil meraup omset hingga 80 juta tiap bulannya. (fJr/JP)