KEDIRI-JARRAKPOSBALI.COM – Kaum milenial di Bali dan khusus di Kabupaten Tabanan patut meniru langkah hidup yang ditempuh Pande Putu Widya Paramarta.
Pria berusia 29 tahun yang biasa disapa Pande itu adalah lulusan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Pande kini menjadi petani muda di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.
Saat ini Pande tergabung dalam Subak Bengkel, yang memiliki lahan pertanian seluas 300 hektar lebih.
Kenapa anda memilih pulang kampung danmenjadi peani? “Orangtua yang mengarahkan ke sektor pertanian. Kami melihat di rumh kami sendiri di tanah kelahiran saya memang punya potensi di bidang pertanian yang sangat luar biasa. Air masih cukup untuk mengairi luasan, di subak kami sekitar 300 ha. Kami punya potensi petani-petani yang sangat bersemangt sekali, sangat antusias dalam mekaksanakan usaha kegiatan tani. Kami ingin pertanian di subak kami tetap bertahan sampai ke depan nanti,” jelas Pande.
Pande berpandangan bahwa pertanian adalah masalah depan umat manusia, karena setiap orang pasti makan. “Kita bicara pangan, kita bicara masa depan. Orang pasti akan makan. Itu yang memotiviasi saya kenapa saya hars pulang harus membantu petani kita dari sisi manapun harus bisa, sebagai anak muda. Tidak harus mencangkul, tetapi kita bisa back-up beliau-beliau yang senior-senior yang sudah sangat profesioanl dalam usaha tani tersebut,” ungkap Pande.
Kehadiran Pande di Subak Bengkel sangat menguntungkan Subak Bengkel. Karena Pande mencoba menerapkan teknologi mesin pertanian di subak tersebut.
“Kebetulan sejak 2016 saya tergabung di kepengurusan subak, sebagai pengelola unit usaha, alat mesin pertanian. Jadi saya mencoba mengadopsi beberapa alat teknologi mesin pertanian untuk mempercepat dan menghemat biaya dari kegiatan usaha tani di subak kami,” paparnya.
Kata dia, “Jadi kalau dengan pengunaan mekanisasi pertanian otomotis biaya operasional pertanian yang dikeluarkan petani akan lebih rendah karena tenaga manusia dengan tenaga mesin. Itu salah satu yang kita bisa masukin. Kedua, kita sebagai anak muda, dengan cepat perkembangan arus teknologi, harusnya bisa membantu di bidang pemasaran misalkan program yang dilaksanakan Ibu Bupati dimana di subak kami ada kendala pemasaran sayur hijau. Kita berusaha berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait baik dengan Dinas Pertanian, Balitbang dan lain sebagainya, akhirnya ada program yang dibuatkan Pemkab Tabanan yang bisa menyerap produk sayur petani kita kemudian dipasarkan untuk masyarakat Tabanan juga.”
Pande menceritakan, salah satu upaya yang telah dilakukannya adalah memperbaiki saluran pemasaran serta memperbaiki pula pola tanam.
“Upaya-upaya yang kita lakukan adalah memperbaikan saluran pemasaran itu sendiri dan juga masalah pola tanamnya. Saya rasa bantuan (pemkab beli sayur) sangt luar biasa sekali, sangat mengenang sekali. Kami mengalami kendala pemasaran, bahkan sayur itu banyak terbuang karena tidak bisa diserap oleh pasar,” ucap Pande.
Apa komentar Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti, tentang sosok petani muda di Tabanan?
“Aduhhh…saya senang sekali kalau melihat petani muda… Hebat, hebat, hebat. Karena, gini loh, pertanian itu kan adalah sumber kehidupan kita, selama manusia masih hidup tentu butuh protein, butuh vitamin, butuh mineral, butuh makan sehat, sayur yg sehat, beras yg sehat. Nah, kalau ini tidak ada yang melanjutkan bagaimana tanah air kita, apalagi dampak seperti sekarang ini harus ditumbuhkan petani-petani muda yang lebih gesit, lebih milenial, lebih tahu cara promosi, marketing dan sebagainya yang bisa mengakseskan ke sel-sel yang tidak tersentuh oleh petani yang otodidak,” ucap Bupati Eka.
Bupati Eka menuturkan, tampilnya petani muda bakal pertanian akan lebih maju dan lebih modern. Sebab, lanjut Bupati Eka, para petani muda itu speed (kecapatan bergerak) lebih cepat serta bisa berinovasi dengan perkembangan teknologi pertanian.
“Tapi dengan mereka yang mudah-mudah ini, dia kan speednya lebih cepat, dia akan buat bagaimana panen dilakukan dalam waktu singkat. Ini perlu dibangktikan. Dan jangan salah banyak-banyak petani-petani muda di luaran sana, oke-oke loh, sukses-sukses loh,” paparnya.
Maka itu, Bupati Eka mengajak kaum milenial asal Tabanan yang berada di luar untuk kembali ke kampung menjadi petani. “Sekarang saatnya pulang ke kampung. ayolah buat bangga orangtua jangan sampai ladang itu dijual habis akhirnya kita tidak punya ladang lagi,” ajaknya.
“Oke buat anak-anak muda kita sekalian yang katanya milenial, ayo gunakan semua teori milenial itu untuk memajukan pertanian, khususnya yang ada di Tabanan. Kata siapa petani itu tidak sehat dan tidak menjadi sesuatu yang menjanjikan. Petani itu salah satu pekerjaan yang sangat mulia. Ayo kaum milenial pulang dan bertanilah,” pungkas Bupati Eka.
Penulis: Francelino
Editor: Jering Buleleng