Berita

PROYEK PASAR BANYUASRI, ANTON: “HENTIKAN, DANA DIALIHKAN UNTUK COVID-19”

SINGARAJA-JARRAKPOSBALI.COM – Belum ada tanda-tanda wabah virus corona (COVID-19) reda penyebarannya, masyarakat kian resah. Masyarakat resah karena dua hal yakni resah karena COVID-19 yang terus mengganas dan kedua karena kebutuhan pokok semakin menepis karena larangan tidak bekerja.

Oleh karena ada desakan dari masyarakat kepada Pemkab Buleleng untuk menghentikan semua proyek pembangunan fisik di Buleleng terutama mega proyek revitalisasi Pasar Tradisional Banyuasri yang bernilai Rp 186 miliar itu.

Masyarakat menginginkan dana atau anggaran yang dipakai untuk proyek pasar itu untuk sementara waktu dialihkan ke penanganan COVID-19 terutama dipakai untuk pengadaan kebutuhan pokok masyarakat Buleleng yang kini mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.

Sejumlah tokoh masyarakat dan LSM di Buleleng pun angkat bicara soal megapproyek yang pengerjaannya masih berjalan di tengah kesulitan masyarakat memenuhi kebutuhan pokok akibat makin ganasnya wbah COVID-19 di negeri ini.

Mereka yang angkat biacara mendesak Pemkab Buleleng menghentikan sementara pembangunan revitalisasi Pasar Tradisional Banyuasri adalah Nyoman Tirtawan, tokoh masyarakat Bali sekaligus politisi NasDem Bali dan Ketua Badan Eksekutif LSM Gema Nusantara (GENUS) Antonius Sanjaya Kiabeni.

“Melihat situasi semakin sulit, maka Pemkab Buleleng diminta untuk stop dulu proyek Pasar Banyuasri untuk sementara waktu selama virus masih ada, dana proyek itu dialihkan ke penanganan COVID-19, terutama dipakai pengadaan kebutuhan pokok masyarakat,” desak Nyoman Tirtawan, tokoh Bali yang juga politisi NasDem Bali itu.

Tirtawan berharap, dalam kondisi sulit seperti saat ini Pemkab Buleleng harus peka terhadap kesulitan hidup yang dialami masyarakat Bali Utara. “Karena larangan keluar kerja, sekarang masyarakat sangat-sangat kesulitan. Ya, proyek itu distop sementara masa COVID-19 ini, sehingga dana dipakai untuk kepentingan kebutuhan pokok masyarakat,” tandasnya lagi.

Mantan vokalis DPRD Bali 2014-2019 itu berpandangan bahwa proyek pasar itu tidak terlalu urgen dibanding dengan wabah COVID-19. “Tidak terlalu urgen pembangunan pasar dibandingkan dengan virus ini. Toh masih ada kegiatan jual-beli atau kegiatan pasar walau bangunan pasar itu belum. Jadi, bagi saya pembangunan Pasar Banyuasri untuk saat ini tidak urgen. Stopkan saja! Dananya dipakai bantu masyarakat yang kesulitan kebutuhan pokok sekarang,” tegas Tirtawan, sang pahlawan penyelamat uang rakyat Bali Rp 98 miliar pada Pilgub Bali 2018 di pos KPU Bali itu.

Dalam hitung-hitunag Tirtawan bahwa dalam menangani COVID-19 ini, Buleleng miminal membutuhkan dana sebesar Rp 90 miliar. Angka itu merupakan hasil perbandingannya dengan jumlah atau besaran dana COVID-19 yang dianggarkan Pemkab Bangli sebesar Rp 30 miliar.

“Minimal Rp 90 miliar Pemkab Buleleng anggarkan dana COVID-19, karena Bangli tetapkan Rp 30 miliar. Nah, rasionya kenapa Buleleng harus Rp 90 miliar atau tiga kali lipat dari Bangli karena jumlah penduduk Buleleng tiga kali lipat dari penduduk Bangli,” urai Tirtawan.

Diuraikan Tirtawan, penduduk Buleleng sebesar 816.654 jiwa sedangkan penduduk Bangli hanya 264.945 jiwa. “APBD Buleleng Rp 2,318 triliun, sedangkan APBD Bangli Rp 1,118 triliun. “Rasio atau logika apakah yang digunakan dalam penganggaran dana COVID-19?” ucap Tirtawan.

Pernyataan senada juga disampaikan Ketua Badan Eksekutif LSM GENUS Antonius Sanjaya Kiebani yang akrab disapa Anton. Pria kelahiran Flores, NTT, itu mengingatkan Pemkab Buleleng untuk lebih peduli terhadap kebutuhan hidup masyarakat di situasi susah ini daripada mengejar proyek prestisius tersebut.

“Kalau dana APBD Buleleng untuk membiaya penanganan kasus virus corona tidak cukup atau tidak ada lagi, maka proyek Pasar Banyuasri bisa dihentikan sementara dan anggarannya bisa dialihkan ke pembiayaan virus corona di Kabupaten Buleleng,” tandas Anton.

Anton meminta agar anggaran Pemkab Buleleng difokuskan ke pembiayaan penanganan COVID-19 sebagai sebuah tragedy kemanusiaan. Karena kondisi masyarakat saat ini kiat terjepit dengan tidak lagi melakukan pekerjaan di luar rumah.

“Sehingga mau makan saja masyarakat sudah sangat kesulitan. Saya usulkan, agar anggara proyek pasar itu dipakai untuk pengadaan sembako bagi masyarakat Buleleng untuk satu atau dua bulan ke depan. Jangan sampai pemerintah membiarkan masyarakat kelaparan dan menambah persoalan kemanusiaan baru,” pungkas Anton mengingatkan.

Penulis: Francelino
Editor: Jering Buleleng

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button