SINGARAJA, jarrakposbali.com – Pada Stand Up Paddle Series 2022 Bali, peserta mengaku nyaman sedangkan Perbekel Desa Les merasa senang.
Indonesia International Stand Up Paddle Series 2022 Bali bertajuk Sea Summit North Bali membawa cerita tersendiri.
Kompetisi ini berlangsung sejak tanggal 4-6 November 2022 di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Tercatat sebanyak 33 peserta yang berasal dari dalam dan luar negeri mengikuti kompetisi cabang olahraga gabungan kano dan surfing ini.
Peserta merasa nyaman
Lukas Gallu Beko, peserta dari Bali; mengaku sangat menyukai lokasi berlangsungnya kompetisi race atau balapan Stand Up Paddle ini.
Pasalnya perairan Desa Les dengan ombaknya yang tenang serta laut yang bersih membuatnya sangat nyaman berkompetisi.
Ini juga ditambah dengan terumbu karang di dasar perairan yang terlihat jelas dari atas dengan mata telanjang.
Lukas mengaku akan kembali berlatih di Pantai Desa Les usai mengikuti kompetisi mewakili Indonesia ke Thailand.
“Kalau Desa Les ombaknya tenang, laut bersih, kalau lihat ke bawah terumbu karangnya terlihat, bahkan ada ikan-ikan kecilnya juga,” pujinya.
“Sangat cantik, jelas sangat berbeda dengan pantai di daerah Bali Selatan,” tambah pria asal Sumba Barat yang pernah meraih rekor MURI.
Hal senada juga diungkap Tedi, peserta asal Belitung; yang mengaku sangat senang dapat berkompetisi di Bali khususnya di Desa Les.
Pria yang juga atlet nasional itu juga memuji keindahan laut di Desa Les yang saat mendayung dapat serta merta melihat pemandangan bawah laut.
“Bisa lomba di Bali itu sangat bangga, apalagi Bali sebagai kiblat water sport Indonesia, dan saya berhasil meraih posisi dua di kategori elite men,” ungkap Tedi.
Berbasis kearifan lokal
Sementara itu, Perbekel Desa Les, Gede Adi Wistara, S.H., mengaku senang lantaran dengan adanya kompetisi ini sangat membantu desanya.
Terselenggaranya event internasional ini dapat sekaligus memperkenalkan potensi Desa Les ke peserta Stand Up Paddle Series 2022 Bali baik dalam dan luar negeri.
Perbekel Adi Wistara juga menjelaskan bahwa pihaknya mengedepankan kearifan lokal dalam penyelenggaraan kompetisi internasional ini.
Ini dibuktikan dengan penyediaan home stay di desa serta menjajakan makanan khas Desa Les ke para peserta sebagai hidangan.
“Kami sudah menyediakan home stay di desa untuk peserta, juga memperkenalkan makanan khas Desa Les,” ungkapnya.
“Semua berbasis kearifan lokal dan memanfaatkan potensi yang ada,” tambah Adi Wistara. (fJr/JP)