VIRUS CORONA: PARIWSATA MACET, PERBEKEL ARNAWA KLAIM DESA PEMUTERAN KOLAPS
PEMUTERAN-JARRAKPOSBALI.COM – Dampak wabah virus corona (COVID-19) terhadap dunia pariwisata cukup parah. Seperti Bali, semua aktivitas pariwisata macet total yang berakibat buruk pada para karyawan-karyawati hotel, restoran, toko souvenir dan lainnya.
Akibatnya banyak hotel dan restoran atau industry penunjang pariwisata lainnya terpaksa merumahkan karyawannya bahkan banyak yang sudah mem-PHK-kan karyawan-karyawaitnya.
Seperti yang terjadi di desa wisata Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, banyak hotel dan restoran sudah merumahkan karyawan bahkan hotel sekelas Matahari yang menyandang hotel bintang lima malah sudah menutup seluruh aktivitasnya dan mem-PHK-kan karyawan-karywatinya. Desa Pemuteran yang sebelumnya jaya makmur karena 70 persen masyarakatnya bergerak dan beraktivitas di indusrti pariwisata, kini harus menerima kenyataan buruk.
Perbekel Desa Pemuteran, I Nyoman Arnawa bahkan berani mengklaim bahwa ekonomi desa yang dipimpinnya itu sudah kolaps. Ini lantaran 70 persen warganya yang beraktivitas di dunia pariwsata kini menjadi pengangguran dan menjadi orang tidak berpenghasilan.
“Pemuteran dulunya dimanjakan dengan pariwisata. 70 persen masyarakat Pemuteran itu mengandalkan pekerjaan di pariwisata. Dalam kondisi sekarang, bapak juga sudah tahu (dengan wabah corona ini), Pemuteran anggap kolaps,” ungkap Perbekel Arnawa dalam sambutannya pada acar kegiatan sosial yang digelar dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, alias Dokter Caput di Pondok Pesantren Salafiyah Darul Ulum, Banjar Dinas Sumber Wangi, Desa Pemuteran, Minggu (3/5/2020) siang.
Klaim kolaps Perbekel Arnawa itu bukan tanpa alasan. Ia menyebutkan bahwa di Desa Pemuteran muncul banyak sekali OMB yaitu orang miskin baru, padahal sebelumnya yakni masa jaya pariwisata di desa itu banyak muncul OKB (orang kaya baru).
“Di Pemuteran sekatang banyak tumbuh masyarakat atau orang miskin baru. Dulu pernah ada OKB, orang kaya baru, sekarang juga ada orang miskin baru. Akibat wabah ini kondisi kita menjerit di masyarakat,” ucap Perbekel Arnawa serius.
Bukan hanya sektor pariwisata yang hancur. Tetapi sektor pertanian juga tidak berdaya. Ini lantaran hasil pertanian berupa jagong dan palawija hasil produksi petani di desa itu tidak bisa dipasarkan. Akibatnya, harga jagung dan cabai yang menjadi andalan pertanian desa itu terjun bebas alias harganya jatuh.
“Sekarang cabai harganya turun sekali. Bahkan 1 kilo cabe sekarang cuma Rp 8 ribu. Belum lagi jagung juga turun harganya. Saya minta masyarakat jangan dulu jual jagungnya, karena itu bahan pokok kita,” jelas Perbekel Arnawa.
Pada bagian lain, Perbekel Arnawa juga mengeluhkan fasilitas pendukung pariwisata di Pemuteran seperti jalan ke sejumlah banjar atau dusun yang jauh dari sebutan Pemuteran sebagai desa pariwisata.
“Katanya Pemuteran desa pariwisata yang sangat maju tetapi di tengah (bagian tengah ke pantai seperti jalan-jalan Banjar Dinas Sumber Wangi dan Sendang Pasir) kondisi jalan cukup parah. Kami sudah berdiskusi dan melakukan lobi-lobi politik tapi belum berhasil,” ungkap Perbekel Arnawa.
Penulis: Francelino
Editor: Jering Buleleng