BeritaDenpasarGaya HidupNasionalPariwisataSeni Budayawisata

Pesan Dedi Mulyadi di WCH Royal Summit ke-8

Tanggung Jawab Manusia Menjaga Leluhur dan Alam

DENPASAR, jarrakposbali.com – Pada acara WCH Royal Summit ke-8 yang digelar di UC Silver and Gold Gallery, Denpasar, pada Rabu (12/11/2025), Dedi Mulyadi, seorang pemimpin yang dikenal peduli dengan budaya dan lingkungan, berbicara tentang dua tanggung jawab besar umat manusia.

Dalam pidatonya yang penuh semangat, Dedi Mulyadi menekankan pentingnya untuk tidak melupakan leluhur dan menjaga alam sebagai warisan hidup yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang.

“Kita harus mengenang leluhur tidak hanya melalui upacara atau simbol, tetapi lebih dari itu, kita harus menjaga dan menerapkan warisan mereka dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya dengan tegas.

Kang Dedi melanjutkan dengan menyoroti betapa pentingnya menjaga lingkungan sekitar sebagai bagian dari penghormatan terhadap leluhur. Gunung dan hutan, yang menurutnya adalah simbol asal usul dan kehormatan nenek moyang, bukan hanya sekadar objek alam.

“Gunung dan hutan adalah Abah Eyang, yang merepresentasikan kehormatan dan asal usul nenek moyang,” katanya, memperkuat pandangannya bahwa alam harus dihormati dan dilestarikan.

Selain itu, Dedi Mulyadi juga mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap alam. Menurutnya, menjaga alam adalah kewajiban bersama yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan hidup manusia.

“Alam adalah warisan leluhur yang harus dipelihara agar bencana tidak terus menimpa,” ujarnya.

Melalui kata-katanya, Kang Dedi mengingatkan bahwa kerusakan alam akan berujung pada kesulitan hidup yang lebih besar bagi generasi mendatang.

“Alam Jawa Barat adalah warisan leluhur yang harus dipelihara agar bencana tidak terus menimpa.” terang Dedi Mulyadi yang juga sebagai Gubernur Jawa Barat saat ini.

Pemimpin yang dikenal dengan perhatian terhadap budaya ini juga menggambarkan hubungan erat antara menjaga alam dengan kehidupan manusia. Ia menggunakan simbol tradisi Sunda, “leuweung hejo urang bisa ngejo” yang bermakna, “kalau hutan hijau, kita bisa menanak nasi,” untuk menekankan bahwa alam yang terjaga adalah kunci bagi kesejahteraan manusia.

“Leuweung hejo urang bisa ngejo (kalau hutan hijau, kita bisa menanak nasi).” tegas Dedi Mulyadi

Di akhir pidatonya, Dedi Mulyadi mengungkapkan sintesis dari dua tanggung jawab besar yang disampaikan, bahwa menjaga alam dan menghormati leluhur bukanlah dua hal terpisah. Keduanya merupakan bagian dari satu kesatuan yang harus saling terhubung dalam kehidupan manusia.

“Kita bukan hanya diwajibkan untuk tidak melupakan leluhur, tetapi nilai-nilai yang diwariskan harus menjadi pijakan hidup hari ini,” tutupnya dengan penuh keyakinan.

Melalui pesan yang disampaikan di WCH Royal Summit ke-8, Dedi Mulyadi mengingatkan dunia akan pentingnya menjaga warisan budaya dan alam sebagai tanggung jawab bersama. Pidato tersebut bukan hanya sekadar seruan untuk menghormati masa lalu, tetapi juga ajakan untuk bertindak menjaga lingkungan hidup agar kesejahteraan manusia dapat terjaga sepanjang masa.(JpBali).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button