Sandhi Waskita, Pemberdayaan Diri Berbasis Budaya
Ruwatan Pikiran, aktifkan kekuatan pikiran untuk mencapai harapan yang lebih baik
DENPASAR, jarrakposbali.com | Rahasia tuhan yang tidak bisa ditebak adalah lahir, jodoh dan kembali ke asal. Sekilas kiasan bahasa ini penuh dengan syarat arti dan makna.
Mudah untuk dibaca tetapi serasa sulit bila dipraktekkan, berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk mencari kesempurnaan. Tetapi tidak semua orang bisa untuk mencapai hal tersebut.
Sandhi Waskita adalah salah satu wadah pemberdayaan diri yang berbasis budaya kini hadir di Bali. Mengakomodir pengembangan diri dengan tutur, tuntunan, pituah dan piteket dalam menjembataninya dalam mencari jati diri.
Sejatinya semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Tetapi karena jalan untuk mencapainya diperlukan sebuah proses sehingga membuat manusia seolah-olah menjadikanya sebuah ilusi yang membelenggu pikiran se-seorang, sehingga akhirnya akan menjadi stok dan mereka merasa sudah nyaman di zona tersebut.
Dimana akan mengakibatkan orang tersebut hidupnya menjadi segitu-gitu saja dan bahkan tidak ada peningkatan atau perkembangan.
Forum Sandhi Waskita akan mengajak anda untuk membedah mental block dan mengubah mindset anda untuk menjadi lebih baik.
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya dalam diri manusia itu yang membuat sakit adalah pikiran, dan badan jasmaninya adalah sebagai implementasi dari sakit itu sendiri.
Dan untuk itu diperlukanya sebuah keseimbangan diri sehingga pikiran kita akan menjadi sehat.
Jadi, kalau pikiran kita sudah sehat, badan dan jiwapun akan mengikuti pikiran sehat tersebut.
Menurut penuturan salah satu pendiri dari Sandhi Waskita, Soelung Lodhaya, menerangkan bahwa spiritual bukan indentitas sosial dan bukan untuk menaikan status sosial.
Tetapi spiritual lebih mencari atau menemukan indentitas kamu di mata semesta alam dan lebih mencari siapa diri kamu dan kemana kamu setelah ini.
“Saya banyak mendengar atau menyaksikan langsung beberapa tokoh-tokoh spiritual di negeri ini , justru mereka menyembunyikan ke- spiritualnya,”terangnya, Sabtu (13/2024).
“Mereka sangat ketat menyembunyikan siapa diri mereka sebenarnya, bahkan ada yang menyamar jadi pengemis , gelandangan , orang gila atau yang lainya ,” imbuhnya.
Dan banyak di kalangan mereka justru hidup jauh dari ramainya dunia dan ada pula saya temukan di tempat keramaian bercampur baur dengan masyarakat.
“Saya kagum dengan jawaban yang sempat saya tanyakan ke mereka, beliau-beliau kebanyakan menjawab , urusan spiritual saya adalah urusan saya dengan “TUHAN” ,”tegasnya.
“Dan karena kamu tau siapa saya , saya sekarang merasa gagal dan saya merasa malu,” tuturnya.
“Dan dalam hati saya terbesit inilah orang spiritual yang sesungguhnya,”pungkasnya.(jpbali).