Banyak Bule Bisnis Villa, Hunian Hotel Berbintang Tambah Parah?

jarrakposbali.com, DENPASAR – Pasca tahun baru secara grafik tahunan kunjungan wisatawan memang mengalami penurunan.Dan ini umumnya berlangsung hingga Bulan April.
Namun yang terjadi belakangan ini penurunan tingkat hunian hotel,terutama hotel bintang tiga ke atas dirasakan sangat parah,tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.Padahal kalau kita lewat di kawasan wisata seperti Legian,Kerobokan,Sanur lalu lintas cukup padat yang menandakan tamu tidak sepi.
Apa sebenarnya yang terjadi? Benarkah terjadi penurunan kunjungan yang sangat drastis?Ataukah ada faktor lain?
Berikut ini hasil hunting beberapa hari Jurnalis Jarrakposbali di lapangan dan mewawancarai para pelaku pariwisata seperti berikut ini.
Pertama,ada Kristian Kuntadi,pakar pariwisata yang sudah lebih dari 35 tahun dan hingga kini menjadi General Manager di beberapa hotel di Bali.
“Ya,memang bulan ini lagi low season sih.Terutama di Bulan Februari dan Maret.Ditambah lagi karena pengaruh Bulan Puasa,bisa jadi.Tapi penurunan occupancy ( tingkat hunian) parah lho.Kita belum tahu pasti motifnya,”terang lulusan BPLP Nusa Dua ini.
Selanjutnya,hasil hunting ke Ubud bertemu dengan I Made Artana,Resort Manager The Calyana Resort Ubud yang juga mengeluhkan merosotnya wisatawan asing saat ini.
“Aduh,kalau di Ubud sekarang tamunya lagi merosot banget dibandingkan bulan- bulan yang sama tahun lalu.Menurut saya ini terjadi karena supply dan demand tidak sebanding.Di samping itu,buying power tamunya juga menurun.Itu sih kira- kira yang kita rasakan di wilayah Ubud,tapi bisa jadi berbeda dengan di wilayah Nusa Dua,Kuta atau Sanur,” pungkas Artana yang sebelumnya sudah melanglang buana menjadi Manager di daerah Kuta.
Berbeda dengan I Wayan Puspa Negara,SP.M.Si.,tokoh pariwisata Legian yang sekaligus Anggota DPRD Badung yang mengatakan bahwa di Canggu,Berawa,Tibu Beneng dan Munggu tamunya saat ini ramai.Karena tamunya kebanyakan yang tinggal di private villa.Jangan heran.Ini namanya perubahan.Mungkin tamunya sudah bosan di wilayah Tuban,Kuta dan Legian yang mono culture.Tidak ada seperti Fins,Atlas,Lalaguna,La Planca yang seperti itu.Mereka mungkin lagi butuh hiburan yang seperti itu.Intinya Change is eternal ( perubahan itulah yang kekal),” ungkap lulusan International College of Management Sydney (ICMS) ini.
Sementara seorang Manager di sebuah hotel berbintang di kawasan Kuta menuturkan,bahwa saat ini ada permainan kotor orang asing.
“Kalau dulu orang asing yang masuk Bali kan kita sebut Tourist.Orang yang melakukan perjalanan wisata.Tapi saat ini sudah banyak orang asing yang datang dengan tujuan lain,tapi berkedok tourist sehingga orang kita masih menganggap seperti raja.Mereka menyewa villa atau guest house sebulan,bahkan setahun lalu disewakan lagi ke tamu asing dengan hitungan per malam tentu dengan harga yang jauh di atas harga sewanya.
Untuk menutupi kedoknya,mereka menjemput tamunya dengan mengaku menjemput keluarganya.Nah,ini yang sedang marak terjadi.Sehingga hotel berbintang huniannya menurun.
Ini kan jelas merugikan banyak pihak,termasuk PAD akan berkurang.
Tapi,adakah yang mau.menggubris apa yang saya katakan ini? Adakah yang sadar dengan kebocoran ini? Adakah yang berani menertibkan villa- villa pribadi yang dikelola dan disewakan kembali oleh orang asing?
Jangan bilang tamu sepi karena bulan puasa,karena larangan beberapa Pemda untuk study tour, atau karena apalah.Itu bukan pangsa pasar hotel berbintang dan tidak bakal nambah devisa,” terangnya berapi-api.( Bratayasa/red)