Karangasem

Bupati dan Wabup Karangasem Dorong Pariwisata Berkualitas Berbasis Alam, Budaya dan Spiritualitas

jarrakposbali.com, KARANGASEM – Di tengah tantangan global pariwisata dan ancaman degradasi budaya serta lingkungan, Kabupaten Karangasem mengusung konsep Nyegara Gunung sebagai upaya menyelamatkan pariwisata Bali. Konsep ini, yang digagas oleh Bupati I Gusti Putu Parwata dan Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa, menekankan pembangunan pariwisata berbasis alam, budaya, dan spiritualitas, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian dan kualitas pariwisata Bali di masa depan.

Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata (Gus Par) menegaskan bahwa pariwisata di Karangasem bukan untuk hiburan instan atau industri gemerlap. “Karangasem bukan tempat untuk diskotik. Di sini tempatnya ketenangan, refleksi, meditasi, dan spiritualitas. Kita bukan menjual budaya, tetapi menjaga budaya agar tetap hidup. Karena bukan budaya yang hidup dari pariwisata, tetapi pariwisata yang hidup dari budaya,” ungkapnya dengan tegas, Jumat (9/5/2025).

“Bukan budaya yang hidup dari pariwisata, tetapi pariwisata yang hidup dari budaya,” Lanjut Gus Par.

Untuk menyelamatkan kondisi darurat jalan, Gus Par mengungkapkan bahwa ia menggunakan dana pribadi untuk memperbaiki sejumlah jalan nasional yang belum dapat dikerjakan akibat proses tender yang belum berlangsung.

“Ini bukan pencitraan, tapi bentuk cinta pada tanah Karangasem. Nyegara Gunung hanya akan kuat kalau akarnya, yaitu infrastruktur dan kenyamanan wisatawan, benar-benar diperhatikan,” tegasnya.

Gus Par berharap, forum “Afternoon Tea” ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi sebagai momentum kelahiran gerakan untuk menyelamatkan pariwisata Bali dari ujung timur. Menurutnya, konsep Nyegara Gunung bukan hanya milik Karangasem, tetapi juga merupakan kontribusi penting untuk masa depan Bali yang lestari, berbudaya, dan membumi.

“Menuju Pariwisata Bali Timur yang Otentik dan Lestari,” terangnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Karangasem, Pandu Prapanca Lagosa, menekankan pentingnya keselarasan antara pariwisata dan perkembangan wilayah. Ia berharap agar disetiap destinasi harus hidup dan menghidupkan wilayahnya. Jangan ada tumpukan sampah, bangunan liar tanpa regulasi. Semua harus dipikirkan Bersama.

“Setiap destinasi harus hidup dan menghidupkan wilayahnya. Jangan ada tumpukan sampah, bangunan liar tanpa regulasi. Semua harus dipikirkan Bersama,” jelas Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa.

Pandu Prapanca Lagosa, mengajak pelaku usaha untuk lebih aktif dalam membayar pajak, mematuhi regulasi, dan ikut serta mempromosikan Karangasem melalui media digital atau melibatkan influencer. Ia mengungkapkan bahwa kolaborasi ini akan membawa Karangasem menuju visi yang lebih baik. “Dengan begitu kita bisa lari maraton bersama menuju Karangasem yang AGUNG: Aman, Gigih, Unggul, Nyaman dan Gemah Ripah Loh Jinawi,” ujarnya dengan semangat.

“Kita bisa lari maraton bersama menuju Karangasem yang AGUNG: Aman, Gigih, Unggul, Nyaman dan Gemah Ripah Loh Jinawi,” beber Pandu Prapanca Lagosa.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Karangasem, Putu Eddy Surya Artha, memaparkan bahwa konsep Nyegara Gunung dapat diterjemahkan ke dalam program-program nyata, seperti revitalisasi objek wisata Putung dengan event Karangasem Travel Mart yang dikonsep menjadi “Sandikalaning Putung”. Event ini akan digelar setiap bulan Purnama untuk menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, Festival Budaya Tulamben dan Festival Amlapura juga dirancang untuk mempertemukan wisatawan dengan alam, seni, dan kehidupan masyarakat lokal yang otentik. Eddy juga menjelaskan penguatan promosi melalui aplikasi “Visiting Karangasem” dan situs One Click Tourism Data. Tim Ahli Bupati, Ir. I Wayan Tama, menegaskan bahwa konsep besar ini hanya akan berhasil jika semua elemen bergerak bersama.

“Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri. Kita butuh pelaku industri, masyarakat, akademisi, dan komunitas,” ujarnya.

“Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri. Kita butuh pelaku industri, masyarakat, akademisi, dan komunitas,” jelasnya.

Candidasa, sebuah destinasi wisata ikonik di Bali, kini tengah bertransformasi menjadi pilot project konservasi pantai dengan tujuan mengembalikan pesona pasir putih alami yang selama ini menjadi daya tarik utamanya. Dalam sebuah forum yang melibatkan berbagai pihak, termasuk BWS, PU, dan konsultan proyek, diungkapkan pentingnya memastikan transparansi bagi para pelaku usaha yang terdampak oleh proyek ini. Forum ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan pariwisata sekaligus melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi.

Wira, seorang pengusaha muda asal Sidemen, memberikan perspektif segar mengenai pengembangan pariwisata di Karangasem. “Jangan copy-paste daerah lain. Kita punya identitas sendiri. Kembangkan wisata alam dan budaya yang membumi,” katanya, menegaskan bahwa pendekatan berbasis lokal menjadi kunci keberhasilan sektor pariwisata di daerah tersebut.

Forum ini menegaskan pentingnya menjaga keaslian dan keberlanjutan pariwisata Bali. Dengan pendekatan yang berbasis pada konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, harapannya, Candidasa bisa kembali menjadi destinasi wisata yang tidak hanya terkenal, tetapi juga mencerminkan kearifan budaya dan alam Bali.(jpbali).

Editor : Putu Gede Sudiatmika.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button