Gandeng Pelaku Usaha, Koster Dorong Optimalisasi Pungutan Wisman
Janji Imbal Jasa Hingga 3%, Pelaku Pariwisata Diajak Jadi Mitra PWA

jarrakposbali.com, DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali terus mengupayakan optimalisasi penerimaan dari Pungutan Wisatawan Asing (PWA) dengan menggandeng pelaku usaha pariwisata sebagai mitra strategis. Dalam sosialisasi yang digelar di Art Centre Denpasar, Jumat (15/8), Gubernur Bali Wayan Koster mengajak seluruh pelaku industri pariwisata se-Bali untuk aktif berkontribusi dalam menyukseskan program PWA.
Koster menyoroti bahwa capaian PWA hingga pertengahan Agustus 2025 baru mencapai Rp 229 miliar atau sekitar 34% dari total yang seharusnya dibayarkan wisatawan asing. Ia menyebut angka ini masih jauh dari target dan belum maksimal.
“Belum maksimal. Masih sangat jauh dari harapan kita,” tegas Koster.
Sebagai upaya peningkatan, Pemprov Bali telah merevisi regulasi melalui Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2025 yang kini membuka peluang pemberian imbal jasa kepada pelaku usaha yang terlibat sebagai mitra manfaat dan endpoint PWA.
“Mitra manfaat dan endpoint dapat diberikan imbal jasa setinggi-tingginya 3% dari perolehan pembayaran dan akan dibayarkan tiap triwulan,” ungkapnya.
Koster juga menjelaskan bahwa revisi perda ini telah disetujui Kementerian Dalam Negeri, termasuk Pergub sebagai aturan teknis pelaksanaan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk menyukseskan program ini demi kepentingan pariwisata Bali yang berkelanjutan.
PWA yang dihimpun, lanjutnya, akan difokuskan untuk melindungi budaya dan lingkungan alam Bali, meningkatkan pelayanan kepariwisataan berbasis budaya, serta penanganan sampah dan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
“Pemerintah Provinsi Bali akan memberikan informasi penerimaan serta penggunaan dari hasil Pungutan Bagi Wisatawan Asing secara transparan dan akuntabel,” tegasnya.
Sementara itu, bagi Ni Ketut Sari, pemilik villa kecil di kawasan Sidemen, ini bukan sekadar soal uang.
“Kalau turis tahu uang mereka dipakai untuk bersihkan sungai, lindungi pura, itu akan jadi alasan mereka kembali,” ujarnya dengan mata berbinar.
Di antara peserta, banyak yang berharap sistem ini bisa menjadi jalan tengah antara pertumbuhan industri dan perlindungan pulau.
“Kami ingin pariwisata yang tidak merusak. Kalau pemerintah transparan, kami siap ikut,” kata Kadek Yasa, operator tur lokal dari Lovina.
Gubernur Koster berjanji akan mengelola hasil PWA secara transparan dan akuntabel. Ia menutup pidatonya dengan harapan besar: bahwa lewat kebijakan ini, Bali bukan hanya menjadi tujuan wisata dunia, tetapi juga contoh dunia dalam merawat identitas dan lingkungannya.
“Wisatawan datang membawa berkah, tapi juga membawa beban. Sekarang saatnya kita kelola dengan bijak dan bermartabat,” pungkas Wayan Koster.(jpbali).