Ngaben Massal di Desa Bakas, Harmoni Tradisi dan Kebersamaan
42 Sawa Diupacarai, Wabup Klungkung Ajak Generasi Muda Rawat Warisan Leluhur

jarrakposbali.com, KLUNGKUNG – Asap dupa mengepul pelan, mengiringi derap langkah warga yang berbusana adat Bali. Sejak pagi, bale banjar Desa Adat Bakas, Kecamatan Banjarangkan, dipenuhi keramaian. Suara gamelan mengalun, menambah khidmat prosesi ngaben massal yang diikuti 42 sawa dari lima banjar adat.
Ngaben massal bukan sekadar upacara pelepasan roh leluhur menuju alam suci. Di Desa Adat Bakas, Kamis (21/8/2025), tradisi ini menjadi ruang kebersamaan. Semua warga terlibat, bergotong royong, tanpa sekat, demi menghaturkan yadnya terbaik bagi para leluhur.
Di tengah prosesi, hadir Wakil Bupati Klungkung, Tjokorda Gde Surya Putra. Kehadirannya disambut hangat prajuru adat bersama perangkat desa di Balai Pura Dalem. Bagi masyarakat, kehadiran pemimpin daerah bukan hanya simbol dukungan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
“Tradisi ngaben massal ini patut dipertahankan. Selain meringankan beban biaya upacara, upacara ini memiliki makna luhur karena mempererat persaudaraan, kekeluargaan, serta semangat gotong royong antarwarga,” tutur Tjok Surya.
Di balik keramaian, tampak wajah-wajah warga yang penuh ketulusan. Ada yang sibuk mengatur banten (sesaji), ada pula yang menyiapkan sarana upacara di Pura Dalem. Semua bergerak dalam irama yang sama, menjaga harmoni dan kebersamaan.
Upacara ini tidak hanya sakral, tetapi juga menjadi momentum sosial. Biaya besar yang biasanya dikeluarkan dalam upacara perorangan, kini bisa ditanggung bersama. Hal itu meringankan beban sekaligus mempererat ikatan antarbanjar.
“Saya berharap semangat gotong royong ini terus diwariskan sebagai teladan bagi generasi muda,” tambah Tjok Surya.
Sore hari, prosesi berlanjut hingga abu pembakaran sawa dihanyutkan ke laut. Suasana hening sejenak, warga larut dalam doa.
Namun setelah itu, senyum dan pelukan hangat kembali mengalir di antara mereka seolah menegaskan bahwa kematian bukan akhir, melainkan perjalanan suci menuju penyatuan dengan Sang Hyang Widhi.
Bagi masyarakat Desa Adat Bakas, ngaben massal bukan sekadar ritual agama. Ia adalah jembatan spiritual sekaligus sosial yang menjaga harmoni, mengikat persaudaraan, dan menjadi warisan budaya tak ternilai bagi Klungkung dan Bali.(jpbali).



