Agam Rinjani Jadi Sorotan Usai Aksi Heroik Evakuasi Pendaki Brasil
Namanya Mendunia, Relawan SAR Gunung Rinjani Diundang di Podcast Denny Sumargo

jarrakposbali.com, MATARAM – Nama Agam Rinjani mendadak jadi perhatian publik usai terlibat dalam proses evakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang terjatuh ke jurang Gunung Rinjani.
Agam, yang merupakan relawan dalam Tim SAR Gabungan, mendapat banyak pujian atas perannya yang dianggap krusial dalam misi penuh tantangan tersebut.
Aksinya bahkan membuatnya dikenal hingga ke luar negeri, terutama oleh netizen Brasil. Baru-baru ini, Agam pun diundang hadir di sejumlah podcast ternama, salah satunya di kanal YouTube Denny Sumargo pada Kamis (3/7/2025).
Tak hanya menceritakan proses evakuasi Juliana Marins, Agam Rinjani juga membagikan kisah hidupnya yang tak kalah menarik.
Pria asal Makassar ini merantau ke Lombok dan menjalani hidup sederhana sejak kecil.
Namun, di tengah kesibukannya sebagai porter dan relawan di Gunung Rinjani, Agam pernah mencoba bereksperimen menjalani hidup ala orang kaya.
Dari hasil menabung selama bertahun-tahun menemani tamu-tamu pendaki, ia berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp367 juta.
Uang itu kemudian ia gunakan untuk liburan mewah selama 10 hari di Bali, demi merasakan hidup dari sisi yang berbeda.
“Saya dapat banyak tamu, uangnya setiap Minggu aku tabung. Hasilnya, lumayan. Totalnya ada Rp367 juta,” ungkap Agam Rinjani dalam podcast bersama Denny Sumargo.
Dalam ceritanya, Agam Rinjani mengungkapkan pengalaman unik saat berlibur ke Bali.
Ia memilih menginap di Hotel Mulia, salah satu hotel mewah dengan tarif mencapai Rp24 juta per malam.
Namun, sesampainya di hotel, Agam justru sempat diusir oleh satpam karena penampilannya yang dianggap tak sesuai dengan standar hotel bintang lima.
Dengan pakaian seadanya celana sobek dan mengendarai motor tua Agam dianggap bukan tamu hotel.
Ia pun mengaku sempat merasa tersinggung, namun justru menjadikan kejadian itu sebagai pembelajaran berharga tentang pentingnya tidak menilai orang dari penampilan.
Tak hanya itu, Agam juga sempat menyewa mobil Ferrari selama di Bali. Aksi nyentriknya itu membuat banyak orang salah sangka. Bahkan, ia sempat dikira sebagai pengusaha sukses atau pemilik hotel.
“Saya datang pakai celana sobek-sobek, naik motor butut. Pas di depan Hotel Mulia malah ditanya mau ke mana, sampai diusir satpam. Padahal saya tamu. Jangan pandang seseorang dari fisik, Pak,” ujar Agam.
“Waktu sewa Ferrari, banyak yang sangka saya pengusaha. Ada yang kira saya pemilik hotel,” tambahnya sambil tertawa.
Meski sudah menyewa kamar mewah di Hotel Mulia dan mengendarai Ferrari, Agam Rinjani tetap mengalami perlakuan merendahkan dari sebagian orang.
Saat mengungkapkan bahwa dirinya adalah seorang porter Gunung Rinjani yang sedang liburan, banyak yang tidak percaya.
Penampilannya dianggap tak sepadan dengan gaya hidup mewah yang ia jalani saat itu.
Menurut Agam, beberapa orang bahkan terang-terangan meragukan pengakuannya dan menyebutnya tidak mungkin bisa menginap di hotel mewah hanya dengan profesi sebagai porter.
Setelah sepuluh hari menjalani kehidupan ala orang kaya di Bali, Agam hanya menyisakan Rp150 ribu dari tabungannya.
Meski begitu, ia tetap tenang dan bersyukur karena tawaran menjadi tour guide kembali datang tak lama setelahnya.
“Nggak ada yang percaya. Saat saya bilang saya porter Rinjani, mereka bilang, ‘Masa kamu gembel tidur di situ’,” ujar Agam menirukan ucapan orang-orang kepadanya.
“Habis liburan tinggal Rp150 ribu. Tapi saya nggak khawatir, langsung ada tamu ngajak saya naik lagi,” katanya santai.
Dengan sisa uang Rp150 ribu, Agam Rinjani pun kembali ke Lombok menggunakan transportasi seadanya.
Ia menumpang kendaraan umum murah, bahkan sempat nebeng truk demi bisa pulang. Pengalaman tersebut menjadi titik balik pemahamannya tentang arti cukup dalam hidup.
Setelah menjalani hidup ala orang kaya selama beberapa hari, Agam menyadari bahwa kemewahan bukanlah sesuatu yang ia cari.
Ia lebih memilih hidup sederhana namun tenang, sesuai dengan jati dirinya sebagai porter yang mencintai alam dan hidup apa adanya.
“Saya balik ke Lombok nebeng truk, uang tinggal Rp150 ribu. Tapi saya sadar, nggak enak jadi orang kaya. Saya cuma mau jadi orang yang cukup,” ungkap Agam.
“Mending hidup sederhana. Mau naik pesawat ada, mau nginap di hotel juga bisa. Tapi kalau cukup aja, hati lebih tenang,” pungkasnya.
Kisah Agam Rinjani bukan hanya soal aksi heroiknya mengevakuasi pendaki, tetapi juga tentang perjalanan hidup yang penuh makna.
Di balik penampilannya yang sederhana, tersimpan keteguhan hati dan filosofi hidup yang menyentuh.
Agam mengajarkan bahwa menjadi cukup, ikhlas, dan bermanfaat jauh lebih berharga daripada sekadar mengejar kemewahan yang semu.(jpbali).