Astaga…! Jelang Idul Adha Ada Kasus Ratusan Sapi Bali Terjangkit Virus Jembrana, Dinas Pertanian Bali Bantah Pengiriman ke Sumatera Barat
DENPASAR, jarrakposbali.com ! Temuan kasus ratusan ekor sapi asal Bali terindikasi terjangkit virus Jembrana di Padang Pariaman, Sumatera Barat menjelang Idul Adha, diduga karena lemahnya pengawasan lalu lintas hewan ternak ke luar Bali.
Terlebih dari ratusan ekor sapi Bali yang terjangkit virus Jembrana, 14 ekor diantaranya telah mati. Kurang maksimalnya pemeriksaan kesehatan disebut menjadi biang kerok kasus tersebut terjadi.
Sementara disatu sisi, ada dugaan kasus tersebut terjadi akibat permainan nakal oknum pengusaha yang melakukan pengiriman sapi ke luar Bali secara ilegal. Bahkan ada indikasi pengiriman sapi Bali ke luar pulau menggunakan Eartag palsu atau tanpa Eartag.
Ini bisa terjadi lantaran pihak Karantina Gilimanuk tidak melakukan pemeriksaan Eartag secara detai. Pemeriksaan Eartag dilakukan secara sampel/acak. Padahal dalam pengiriam sapi Bali ke luar daerah tersebut, Eartag merupakan syarat penting karena menyatakan sapi-sapi yang dikirim lulus uji kesehatan.
Terkait temuan kasus ratusan sapi asal Bali terjangkit virus Jembrana, Ketua Asosiasi Pengiriman Sapi Bali Komang Mahendra Wistawan mengatakan, temuan kasus ratusan sapi asal Bali terjangkit Virus Jembrana di Sumatera Barat menjadi peran penting dari Karantina Bakahuni Lampung di Pelabuhan Merak Banten.
“Karantina Bakahuni mewajibkan pengiriman sapi Bali ke Sumatra melengkapi uji Lab Jembrana dan jika dikirim langsung dari Bali secara resmi wajib melakukan uji Lab di BP Vet,” terang Mahendra, Sabtu (15/6/2024).
Namun menurut Mahendra, jika pengiriman tersebut dilakukan secara ilegal dengan menggunakan ijin dan uji lab palsu, dipastikan beresiko terjadinya kasus tersebut (terjangkit virus Jembrana). Mengingat virus Jembrana hanya ditemukan pada sapi-sapi Bali.
Karena itu terkait dengan kasus yang terjadi di Sumatera Barat menjelang hari Raya Idul Adha, pihaknya mendorong Dinas terkait bersama aparat Kepolisian segera turun tangan menertibkan carut marutnya pengiriman sapi Bali ke luar daerah.
“Langkah ini perlu diambil untuk membangun kepercayaan daerah penerima. Jangan sampai dengan kasus ini, daerah-daerah lain tidak mau lagi menerima sapi-sapi Bali,” tutupnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Wayan Sunada dikonfirmasi terkait temuan kasus tersebut mengatakan, dari data yang ada tidak pernah ada pengiriman sapi Bali ke wilayah Sumatera Barat.
“Jadi temuan kasus tersebut bukan terjadi pada sapi-sapi Bali yang didatangkan secara khusus dari Bali. Tapi sapi Bali kan ada di mana-mana, bukan hanya ada di Bali,” tegasnya.
Lanjutnya, dalam pengiriman sapi Bali ke luar daerah, pihaknya sudah melakukan pemgawasan dengat ketat, termasuk pemeriksaan kesehatan. Demikian juga halnya untuk antisipasi pengiriman secara ilegal, pengawasan pada jalur-jalur tikus dilakukan secara ketat.
“Tapi yang namanya penyelundupan itu bisa saja terjadi. Pelakunya tentu saja kucing-kucingan agar tidak diketahui,” kilahnya.
Menurut Wayan Sunada, sapi Bali memang rentan terhadap penyakit Jembrana yang spesifik untuk sapi Bali. Pengiriman/lalu lintas sapi Bali baik untuk hari-hari biasa maupun hari raya Idul Adha tidak ada tujuan ke Sumatera Barat.
“Sapi Bali yang terjangkit penyakit Jembrana tersebut bisa saja dikirim dari provinsi lain yg memiliki populasi sapi Bali juga,” ujarnya.
Lebih lanjut Wayan Sunada mengatakan,
Setiap lalu lintas sapi Bali dari Bali menyesuaikan dengan rekomendasi pemasukan yg diterbitkan oleh provinsi penerima. Hasil uji lab negatif virus Jembrana menjadi salah satu persyaratan mutlak yang harus dipenuhi.
“Kejadian penyakit Jembrana di Bali pernah dilaporkan tahun 2018, hasil surveilans BBVet Denpasar dan Dinas sejak saat itu sampai sekarang blm pernah ditemukan lagi,” terangnya.
Saat ditanya indikasi pengiriman secara ilegal ataupun penyalahgunaan rekom daerah penerima, Sunada mengatakan kemungkinan itu terjadi. Namun dalam melakukan pengawasan, selama ini belum pernah ditemukan adanya virus Jembrana dan dipastikan Bali aman dari virus Jembrana.
Sebelumnya diberitakan sebanyak 14 ekor sapi Bali di Kabupaten Padang Pariaman mati karena terserang penyakit jembrana. Bahkan ada ratusan ekor sapi Bali di daerah ini terjangkit virus Jembran. Penyakit tersebut tidak memiliki gejala spesifik yang dapat dilihat dari luar lantaran adanya mutasi virus.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disnakkeswan Padang Pariaman, Devi Yanti mengatakan, penyebab kematian 14 ekor sapi itu baru diketahui usai melakukan pemeriksaan laboratorium.
Letupan kasus Jembrana diduga karena tingginya lalu lintas ternak untuk memenuhi kebutuhan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1445. Penyakit Jembrana yang merebak di Kabupaten Padang Pariaman telah terjadi dalam dua minggu terakhir. Ada tiga kecamatan terdampak, yaitu Batang Anai, Ulakan Tapakis, dan Nan Sabaris yang merupakan kantong sapi Bali.(ded)