BadungPariwisataSeni Budayawisata

Gubernur Bali I Wayan Koster Buka Rakerda III ASITA Bali

Rapat Kerja ASITA Bali Fokus pada Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Bali

jarrakposbali.com, BADUNG – Gubernur Bali I Wayan Koster membuka secara resmi Rapat Kerja Daerah (Rakerda) III yang diselenggarakan oleh Association of The Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) Bali, acara bertempat di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kamis (27/2/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Bali, I Wayan Koster, turut menyoroti isu penting terkait dengan penggunaan plastik di Bali. Ia mengungkapkan bahwa seluruh produk kemasan plastik di Bali akan diberlakukan aturan untuk pengurangan yang signifikan.

Menurutnya, kebijakan ini akan dilengkapi dengan Peraturan Daerah (Perda) yang nantinya akan diterapkan secara menyeluruh. Setelah aturan tersebut disahkan, Gubernur Koster menegaskan bahwa program ini akan dipublikasikan secara masif untuk memastikan semua pihak, baik pelaku industri maupun masyarakat, turut serta dalam mendukung upaya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan Bali.

“Semua produk kemasan plastik di Bali akan diberikan sebuah aturan untuk dikurangi dan akan disertakan nantinya dengan perda. Setelah itu, saya akan masifkan agar seluruh lapisan masyarakat dan industri di Bali dapat berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan kita,” ujar Gubernur Bali I Wayan Koster.

Wayan Koster juga menyoroti pentingnya sinkronisasi antara budaya Bali dengan realitas yang dihadapi saat ini, terutama dalam industri pariwisata. Ia mengingatkan bahwa budaya Bali harus tetap dijaga dengan nilai-nilai aslinya, dan tidak boleh terdistorsi untuk tujuan komersial semata.

Sebagai contoh, Koster menyoroti penggunaan alat musik dalam tarian Bali. Ia menjelaskan bahwa ada praktik yang tidak sesuai dengan budaya asli Bali, seperti mengganti gambelan tradisional dengan sistem suara elektronik atau sound system saat pertunjukan.

Menurutnya, hal ini dapat merusak esensi dari seni dan budaya Bali yang seharusnya dihargai dan dipertahankan dengan tulus.

Koster menegaskan bahwa pariwisata Bali, yang didukung oleh budaya lokal, harus tetap berpegang pada prinsip respek dan tanggung jawab terhadap adat istiadat, desa adat, dan upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Bali dengan dedikasi tinggi.

“Budaya Bali harus tetap sesuai dengan realitas yang kita sajikan kepada wisatawan. Ketika sebuah tarian Bali yang seharusnya menggunakan gambelan, justru digantikan dengan sound system, ini bukanlah cara yang tepat,” jelasnya.

“Pariwisata yang kita miliki, yang bersumber dari budaya, harus dilakukan dengan respek dan tanggung jawab terhadap tradisi Bali, desa adat, dan upacara yang dilakukan dengan dedikasi oleh orang Bali,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wayan Koster kembali menegaskan pentingnya menjaga keunggulan Bali yang sesungguhnya, yaitu kekayaan adat, seni, dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur. Koster menekankan bahwa Bali bukanlah sebuah destinasi yang hanya mengandalkan bisnis hiburan semata, namun lebih kepada kekayaan budaya dan spiritual yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.

Koster dengan tegas menyatakan bahwa Bali tidak boleh meniru konsep-konsep wisata dari negara lain, seperti yang memasukkan unsur bisnis prostitusi atau kasino, karena hal tersebut dapat merusak citra Bali sebagai destinasi yang mengedepankan nilai-nilai budaya dan spiritual.

Gubernur Bali dua periode ini menegaskan penolakannya terhadap segala bentuk praktik yang bisa merusak reputasi Bali sebagai tujuan wisata yang menghargai budaya, adat, dan nilai-nilai luhur yang ada.

“Keunggulan Bali bukan terletak pada bisnis hiburan semata, melainkan pada kekayaan adat, seni, dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Bali tidak boleh meniru konsep wisata dari negara lain yang memasukkan unsur bisnis prostitusi atau kasino. Saya dengan tegas menolak segala bentuk praktik yang bisa merusak citra Bali sebagai destinasi budaya dan spiritual,” bebernya.

lebih lanjut, Koster mengingatkan para pelaku usaha pariwisata untuk tetap tertib dan patuh pada aturan yang telah ditetapkan. Menurut Koster, perkembangan pariwisata di Bali harus selalu berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang telah lama diwariskan oleh leluhur Bali. Ia menyebutkan bahwa tidak ada alasan bagi pelaku usaha untuk melanggar aturan atau mengorbankan budaya demi keuntungan sesaat.

Gubernur Bali dua periode ini kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga keaslian Bali sebagai destinasi unggulan dunia yang tetap berpijak pada budaya dan tradisi. Koster berharap bahwa dengan sikap tegas terhadap praktik-praktik yang merusak moral dan citra Bali, para pelaku industri pariwisata akan semakin sadar dan berperan aktif dalam mempertahankan keunikan serta daya saing Pulau Dewata di kancah global.

“Nah, inilah yang pernah saya jalankan sejak awal. Karena itu, saya meminta semua pelaku usaha pariwisata, ayo tertib! Jangan sampai ada yang melanggar aturan atau mengorbankan budaya kita hanya demi keuntungan sesaat,” pungkas Gubernur Bali I Wayan Koster.

Dengan komitmen yang kuat dan sikap tegas terhadap pelanggaran yang dapat merusak citra Bali, Gubernur Koster berharap bahwa Bali dapat terus mempertahankan eksistensinya sebagai destinasi wisata yang kaya akan budaya dan tradisi. Melalui penguatan aturan dan pengawasan yang ketat, diharapkan pariwisata Bali akan berkembang secara berkelanjutan, tetap mencerminkan kearifan lokal, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Bali serta wisatawan dari seluruh dunia.(jpbali).

Editor : Putu Gede Sudiatmika.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button