Rakerda III ASITA Bali: Mengusung Tri Hita Karana untuk Pariwisata yang Berkelanjutan
Dengan Fokus pada Keseimbangan Alam dan Kesejahteraan Masyarakat, ASITA Bahas Langkah Konkrit untuk Memajukan Pariwisata Bali

jarrakposbali.com, BADUNG – Rakerda III Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) diselenggarakan di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, dengan tema “Tourism in Harmony with Nature – Manifesting Tri Hita Karana for Sustainable Tourism and Prosperity”.
Acara ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan langkah konkret dalam memajukan pariwisata Bali yang tidak hanya mengutamakan pertumbuhan sektor ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Tri Hita Karana, yang mengajarkan tentang hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan, menjadi dasar utama dalam diskusi untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan dan membawa manfaat jangka panjang bagi Bali.
Ketua DPD ASITA Bali, I Putu Winastra, S.AB, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tema Rakerda III ASITA, “Tourism in Harmony with Nature – Manifesting Tri Hita Karana for Sustainable Tourism and Prosperity”, memiliki makna yang mendalam. Tri Hita Karana mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan.
Dalam konteks pariwisata, ASITA berkomitmen untuk mengembangkan industri pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan serta melestarikan budaya dan tradisi Bali.
Putu Winastra juga menekankan, “Sebagai pelaku utama di sektor pariwisata, anggota ASITA harus bertanggung jawab dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Pengalaman langsung, cerita yang autentik, dan keterlibatan masyarakat lokal adalah nilai yang tak bisa digantikan teknologi. ASITA berkomitmen untuk memastikan pariwisata Bali tetap tumbuh, berkelanjutan, dan melestarikan budaya Bali, bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata.” ujarnya, Kamis (27/2/2025).
Kekuatan ASITA terletak pada kemampuan untuk bekerja sama, berinovasi, dan beradaptasi dengan perubahan. Menurut Putu Winastra, Langkah konkret ASITA Bali ke depan adalah mengembangkan produk pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sejalan dengan prinsip Tri Hita Karana.
“Kami juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pariwisata berkelanjutan melalui edukasi bersama stakeholders seperti PUTRI, HPI, dan PAWIBA. Selain itu, kami berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur pendukung pariwisata dan memperkuat kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan,” tegasnya.
Putu Winastra menyampaikan bahwa sebanyak 117 anggota ASITA yang terpaksa menutup usahanya pada tahun 2024-2025, dan hampir 90 persen di antaranya adalah pengusaha Bali. Hal ini mencerminkan adanya banyak tantangan dalam industri pariwisata. ASITA meminta agar pemerintah memperkuat semua asosiasi pariwisata di bawah naungan GIPI Bali, dengan tujuan agar seluruh anggota dan pemangku kepentingan tetap dapat bertahan dan bersaing secara sehat di era globalisasi. Dengan memperkuat asosiasi, pengawasan terhadap tata kelola pariwisata Bali akan lebih efektif.
“Di tengah persaingan yang ketat, anggota ASITA bekerja sama untuk mendatangkan wisatawan ke Bali, sehingga target kunjungan yang ditetapkan pemerintah Bali dapat tercapai. Berdasarkan data, anggota ASITA berkontribusi sebesar 40% dari total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali,” jelasnya.
Secara internal, ASITA berhasil mencapai berbagai pencapaian penting, antara lain penyelenggaraan Rakerda II, program ASITA Run 1, dan kegiatan sosial ASITA Care, seperti Beach Clean Up, berbagi dengan pekerja pengangkut sampah di TPA Suwung, donor darah, serta bantuan untuk anak-anak penderita kanker. Mereka juga memberikan beasiswa pendidikan kepada siswa kurang mampu dan menanam pohon. ASITA juga mengadakan SAKIRA “Saatnya Kita Bicara” yang kemudian diubah menjadi ajang “Saatnya Kita Berkarya”, serta menyelenggarakan table top domestik dan Fam Trip untuk mengenalkan produk baru dan objek wisata.
“Selain itu, ASITA menerima penghargaan dari Kemenko Marvest untuk kategori Insan Pariwisata, dipercaya menjadi koordinator Event Dialog Paslon oleh GIPI, dan konsisten menggelar BBTF 2024, sebuah event promosi internasional yang diselenggarakan dengan dukungan penuh dari BTB/GIPI Bali. Di awal Raker III, ASITA juga menggelar table top yang melibatkan 31 seller dan 200 buyer,” jelasnya.
Putu Winastra juga menerangkan bahwa pada Rakerda III ASITA Bali, dilakukan penandatanganan kerjasama antara ASITA Bali dan PT Mitra Kasih Perkasa (MKP), perusahaan yang bergerak di bidang intelijen lalu lintas, digital payment, financial technology, dan e-ticketing. Kerja sama ini diharapkan dapat membuat ASITA semakin mapan secara ekonomi dan berdampak positif bagi anggotanya.
Rakerda III juga menjadi ruang literasi terkini tentang peran serta ASITA dalam kepariwisataan dunia. I Nengah Dasi Astawa (Prof. Doctor) menegaskan bahwa ASITA harus berbenah dan konsolidasi, seiring dengan perkembangan peradaban dan dinamika pasar yang terus berubah.
“Jika tidak berbenah dan memperbaiki kelemahan, kita akan digilas oleh perubahan selera pasar,” tegasnya.
Ke depan, pembangunan pariwisata harus menghindari dampak negatif seperti cost sosial dan degradasi sosial, budaya, serta lingkungan yang sulit dipulihkan. Sebagai salah satu pemangku kepentingan pariwisata Bali, ASITA memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi secara konstruktif dan progresif dalam menciptakan pariwisata berkualitas.
“ASITA harus menjadi organisasi yang kuat dan tahan terhadap perubahan, sehingga baik anggota maupun organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara cerdas, cerdik, dan lihai, bersanding, bersaing, dan bertanding di sepanjang era. ASITA wajib mengadopsi, beradaptasi, memodernisasi, serta berkolaborasi agar tetap relevan sebagai wadah untuk pasar konvensional maupun digital,” jelasnya.
Di akhir pidatoya Putu Winastra menyebutkan bahwa pencapaian yang diraih hari ini merupakan bukti nyata dari kerja keras dan komitmen anggota ASITA dalam mendukung pengembangan pariwisata Bali yang berkelanjutan. Namun, ini bukanlah langkah terakhir, melainkan awal dari perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ke depan, ASITA akan terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan manfaat nyata kepada anggotanya. Melalui kekompakan dan saling mendukung, anggota ASITA siap menghadapi berbagai tantangan yang ada.
“ASITA, bersama dengan anggota dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya, akan terus berkolaborasi untuk memperkuat posisi Bali sebagai destinasi wisata berkualitas. Dengan mengusung konsep Tourism in Harmony with Nature dan mewujudkan nilai Tri Hita Karana, ASITA berkomitmen untuk menciptakan pariwisata yang sejahtera dan berkelanjutan, selaras dengan alam dan budaya Bali,” pungkasya.
ASITA dan anggotanya akan terus berjuang untuk menciptakan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan Bali. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan masa depan pariwisata yang lebih baik, berkelanjutan, dan harmonis.(jpbali).
Editor : Putu Gede Sudiatmika.