GWK Siap Bongkar Tembok, Akses Warga Ungasan Kembali Terbuka
Setelah dipanggil Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Badung Adi Arnawa, manajemen GWK akhirnya sepakat membongkar tembok yang menutup jalan warga Banjar Giri Dharma, Desa Ungasan.

jarrakposbali.com, DENPASAR – Polemik panjang tembok pembatas di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang menutup akses warga Banjar Giri Dharma, Desa Ungasan, akhirnya menemukan titik terang. Setelah melalui desakan masyarakat dan intervensi pemerintah daerah, pihak manajemen GWK menyatakan siap membongkar tembok tersebut mulai Rabu (1/10).
Pertemuan berlangsung Selasa (30/9) malam di Jaya Sabha, Denpasar. Presiden Komisaris PT Garuda Adhimatra Indonesia, Sang Nyoman Suwisma, hadir langsung menemui Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa. Dalam pertemuan itu, GWK menyatakan kesediaannya untuk membongkar tembok yang selama ini menuai polemik.
“Kami tegaskan siap membongkar tembok tersebut sesuai arahan pemerintah. Jalan di kawasan GWK bisa digunakan masyarakat selama untuk kepentingan umum,” ujar Sang Nyoman Suwisma.
Langkah ini merupakan tindak lanjut dari perintah Gubernur Bali dan Bupati Badung yang sebelumnya mendesak GWK untuk segera membuka kembali akses warga. Pemerintah menilai keberadaan tembok itu mengganggu hak masyarakat setempat yang telah lama menggunakan jalan tersebut untuk aktivitas sehari-hari.
“Tidak ada alasan lain selain kepentingan umum. Kami meminta GWK untuk segera membongkar tembok itu agar masyarakat kembali mendapatkan akses yang layak,” tegas Gubernur Wayan Koster.
Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa yang turut hadir juga menegaskan pentingnya menjaga harmoni antara pengelolaan kawasan wisata dan kebutuhan warga lokal. Menurutnya, pembangunan pariwisata tidak boleh mengorbankan kearifan lokal maupun hak dasar masyarakat.
“Pemerintah daerah tentu mendukung investasi, tetapi jangan sampai melanggar kepentingan warga. Kearifan lokal harus dihormati,” kata Bupati Adi Arnawa.
Pihak GWK pun menyatakan akan lebih terbuka dan berkomitmen menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Mereka menegaskan bahwa kebijakan ini bukan semata soal bisnis, melainkan bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal Bali yang selalu menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
“Kami ingin menegaskan bahwa GWK berdiri bukan hanya untuk wisata, tapi juga untuk masyarakat. Komitmen kami adalah mendukung harmoni dengan warga setempat,” ujar Sang Nyoman Suwisma.
Dengan kesepakatan ini, diharapkan hubungan antara pengelola GWK dan masyarakat Banjar Giri Dharma kembali harmonis. Pembongkaran tembok pada Rabu (1/10) menjadi momentum penting bahwa pariwisata Bali harus selalu berdiri di atas pondasi kearifan lokal dan kepentingan bersama.(JpBali).