Berita

Saat Melayat Apa Yang Paling Pantas Kita Bawa Ke Rumah Duka? 

Denpasar, Jarrakposbali.com | Melayat merupakan salah satu kegiatan sosial kemanusiaan sebagai wujud rasa turut berbela sungkawa saat ada orang meninggal dunia, baik itu saudara, kerabat, teman atau anggota krama bajar.

Saat kita melayat ke rumah duka sudah barang tentu tidak dengan tangan hampa. Masing-masing orang biasanya membawa sesuatu sesuai dengan Sima (kebiasaan) mereka di tiap daerah. .

Dan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai hal tersebut Jurnalis Jarrakposbali berhasil mewawancarai I Nyoman Kenak, SH.,Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali di sela-sela kegiatannya yang selalu padat.

“Sebenarnya di saat kita melayat ke rumah duka yang pertama yang harus kita bawa adalah niat dan pikiran yang baik, tulus, turut merasa empati kepada keluarga yang berduka.Mengenai bawaan tidak ada sastra yang mengharuskan kita harus membawa ini dan itu. Kita hendaknya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Kalau di desa di Bali umumnya, bila ada krama Banjar yang meninggal masih lumrah orang membawa beras, gula, kopi, kain kasa/ kafan serta kwangen. Barang- barang tersebut umumnya dibutuhkan dalam proses kegiatan upacara Pengabenan, “terang Nyoman Kenak.

Ditanya mengenai mulai lumrahnya orang melayat dengan membawa amplop dan karangan bunga yang bertuliskan ucapan duka-cita,Ketua PHDI yang low profile ini mengatakan bahwa itu boleh-boleh saja.

” Itu boleh-boleh saja,karena uang yang ada di amplop itu kan bisa lebih bermanfaat untuk membeli keperluan upacara ketimbang semua yang melayat membawa kain kafan, kan mubazir? Dan kalau karangan bunga, itu kan diadopsi dari budaya luar dan biasanya dikirim oleh instansi atau tokoh-tokoh terdekat keluarga yang berduka.

Dan kalau ingin lebih fokus mendoakan Sang Palatra (yang meninggal) alangkah bijaknya bila kita membawa kwangen dan meluangkan waktu sejenak untuk berdoa di sisi jenazahnya dengan kwangen tersebut dengan posisi tangan panganjali,”ucapnya.

Apa yang kita ucapkan saat mendoakan orang meninggal?

“Mengenai ucapan, kita memang sebaiknya menggunakan mantram seperti berikut:

Om atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah

Om swargantu, moksantu, murcantu

Om ksama sampurnaya namah swaha.

Yang artinya:

Om Sang Hyang Widhi, Yang Maha Kuasa, semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menyatu denganMu, mencapai keheningan tanpa derita. Om Hyang Widhi, ampunilah segala dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan pengetahuan serta pengampunanMu”.

Bagaimana bila kita tidak hafal dengan mantram tersebut?

“Kita di Hindu sangat fleksibel.Tuhan itu Maha Tahu. Bila tidak hafal dengan mantram di atas, kita bisa mengucapkan dengan kata-kata yang sederhana sebisa kita. Karena yang terpenting seperti yang saya katakan tadi, yaitu niat yang tulus. Misalnya, dumogi Amor ing acintya yang artinya semoga atma yang meninggal menyatu dengan Brahman ( Sang Hyang Widhi). Dan dalam Hindu, kita tidak mendoakan arwah orang meninggal diterima di sisi Tuhan, tapi memohon agar atman menyatu dengan Brahman ( Tuhan), “ungkap putra Ida Pandita Mpu Dhaksa Merta Yoga dari Gria Agung Beraban ini.

Dan terakhir, begitu pulang dari melayat, Nyoman Kenak, SH. meminta agar jangan langsung menuju ke kamar, tapi hendaknya menuju ke dapur terlebih dulu.Ambilah air sedikit lalu lemparkan keatas atap dapur lalu diraupkan ke wajah dan kepala untuk menghilangkan unsur-unsur negatif.(Bratayasa)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button