BeritaBulelengDaerahKesehatan
Trending

Tegas! Di Buleleng Tidak Ada Penyebaran Nyamuk Wolbachia

Tak Ingin Mainkan Nyawa Manusia, Pj Bupati Buleleng Instruksikan Tunda Penyebaran Nyamuk Wolbachia

SINGARAJA, jarrakposbali.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menegaskan bahwa di Buleleng hingga saat ini tidak ada penyebaran telur ataupun nyamuk Wolbachia, seperti informasi yang beredar di masyarakat.

Penjabat Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana; mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah menunggu kebijakan dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait penerapan metode yang diyakini mampu menekan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Untuk diketahui, program ini baru sampai tahap sosialisasi, yang dilakukan dari bulan Februari 2023. Tetapi dalam perkembangannya, hingga saat ini belum ada kebijakan, instruksi, ataupun rekomendasi dari Kemenkes RI terkait penerapan metode wolbachia.

Sedangkan rencananya, penyebaran nyamuk dilakukan pada tanggal 12-13 November 2023 lalu. Tapi hingga saat ini belum terlaksana.

Lihadnyana menegaskan pihaknya tidak ingin main-main dengan nyawa masyarakat. Sehingga Pemkab Buleleng berhak untuk menolak ataupun menunda, untuk melindungi masyarakatnya.

“Jika belum ada kebijakan resmi dari pemerintah pusat, kami tidak mau menerapkannya. Apalagi ini menyangkut nyawa manusia. Jangan main-main,” ujarnya kepada jarrakposbali.com di Rumah Jabatan Bupati Buleleng, pada Kamis, 16 November 2023 sore.

“Yang jelas, agar ini tidak menjadi keresahan publik , secepatnya saya sampaikan kebijakan yang diambil kepada masyarakat bahwa Pemkab Buleleng tidak mau menerapkan metode wolbachia sebelum adanya kebijakan dari pemerintah pusat, Hingga saat ini pun tidak ada telur atau nyamuk wolbachia masuk ke Kabupaten Buleleng,” lanjutnya.

Terkait dengan penegasan itu, Lihadnyana menginstruksikan kepada seluruh pemerintah desa dan petugas untuk tidak melaksanakan metode nyamuk wolbachia di lingkup Kabupaten Buleleng. Lantaran sebelumnya, saat sosialisasi seluruh kepala desa dan petugas kesehatan ikut terlibat.

Meskipun Buleleng tiap tahun terus mencatatkan kasus DBD, tetapi program-program promotif dan preventif secara berkesinambungan telah dilakukan seperti program 3M. Setelah itu, secara berkala dan masif mengoptimalkan petugas-petugas jumantik dan memaksimalkan kerja dari puskesmas serta petugas kesehatan.

“Termasuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan menjaga kebersihan,” imbuh Penjabat Bupati Buleleng itu.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, I Gede Artamawan; tak memungkiri bahwa wolbachia memang sudah disosialisasikan pihak World Mosquito Program (WMP) di Buleleng, namun tanpa pendampingan dari Kemenkes RI.

Dalam tahap itu, WMP berencana menjadikan Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar sebagai percontohan. Penerapannya pun rencananya akan dilakukan di 55 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Buleleng.

“Namun, dari bulan Februari 2023 hingga saat ini tidak ada kebijakan ataupun rekomendasi dari Kemenkes RI mengenai penanggulangan DBD menggunakan metode wolbachia,” sebutnya.

Untuk diketahui, kasus DBD yang ada di Buleleng dalam rentang waktu 2020-2023, terjadi penurunan signifikan di Buleleng. Pada tahun 2020 tercatat ada 3.502 kasus. Kemudian, pada tahun 2021 turun menjadi 1.152 kasus. Lalu tahun 2022, turun lagi menjadi 865 kasus, dan hingga Oktober 2023 terjadi 720 kasus. (fJr/dra/JP)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button