Berita

Galungan Perayaan Kemenangan Dharma. Kapan Dharma Dikatakan Menang?

DENPASAR, jarrakposbali.com. | Umat Hindu di Indonesia sudah lumrah mengenal dan merayakan Hari Suci Galungan yang datangnya tiap 6 bulan atau 210 hari sekali sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan) atas kemenangan Dharma melawan Adharma.

Nah,apa sejatinya Dharma dan Adharma? Mengapa Dharma dikatakan mengalahkan Adharma? Apa sebenarnya filosopinya? Berikut ini Jurnalis Jarrakposbali mewawancarai Ida Bagus Partama,Penglingsir Paiketan Semeton Geria Telaga Gelgel Sanur yang sudah barang tentu memahami sastra-sastra Hindu.

“Pada umumnya masyarakat Hindu Bali bahkan di seluruh Indonesia sudah tahu secara umum makna Hari Suci Galungan tersebut.

Namun dalam kesempatan ini yang ingin saya tekankan mengapa Hari Suci Galungan disebut sebagai perayaan kemenangan Dharma? Apakah sesungguhnya Dharma itu? Secara umum Dharma bisa diartikan kebenaran,kebaikan,kewajiban.Namun menurut saya Dharma itu adalah kemampuan diri kita dalam mengendalikan Sad Ripu( enam musuh) yang ada di dalam diri kita dengan berbuat kebaikan berdasarkan Tri Kaya Parisudha.

Sebagai mana dalam ajaran Agama Hindu,Tri Kaya Parisudha adalah tiga perbuatan yang disucikan yang meliputi: berpikir yang baik,berucap/ berkata yang baik dan benar serta berprilaku yang baik dan mulia.

Maka kalau kita sudah mampu mengendalikan Sad Ripu tersebut paling tidak 80% saja,maka di sana kita bisa dikatakan menang berperang melawan Adharma.Lebih – lebih di zaman globalisasi saat ini.Banyak sekali musuh berupa tantangan yang mesti kita hadapi baik dari luar maupun dari dalam diri kita.Dan semua itu intinya adalah pengendalian dan introspeksi diri”.papar mantap Manager dibeberapa hotel berbintang ini.

Ditanya kenapa kita baru dibilang merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma pada saat Hari Suci Galungan?

“Karena Hari Suci Galungan mempunyai tahapan- tahapan yang lengkap yang berkaitan dengan proses pengendalian diri dan menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan.Mulai dari Hari Pagerwesi,hari suci yang mengandung makna penguatan iman dan pikiran yang kokoh untuk membendung pengaruh- pengaruh jahat.

Lalu ada Hari Sugian yang mengandung makna penyucian/ pembersihan bhuana agung dan bhuana alit.Selanjutnya sejak tiga hari sebelum Galungan mulai datangnya Sang Kala Tiga yang merupakan tiga kekuatan buruk yang siap mengganggu iman kita secara bergantian.

Pertama ada Sang Bhuta Galungan.Kata Galungan bisa diartikan bertempur/ berperang.Berperang di sini tentunya memerangi musuh-musuh yang ada di dalam diri kita.Lalu pada hari Seni datang Sang Bhuta Dunggulan.Kata dunggulan bermakna mengalahkan.Jadi saat ini kita diharapkan mampu memenangkan perang tadi.Sehingga di hari Selasanya datanglah Sang Bhuta Amangkurat yang mengandung makna keberhasilan menguasai dunia karena sudah berhasil memenangkan peperangan tersebut.

Dan pada akhirnya saat hari Rabu Umanis Wuku Watugunung sudah selayaknyalah menyambut kemenangan tersebut yang kita peringati sebagai Hari Suci Galungan agar kita senantiasa meneguhkan hati dan tidak membiarkan kekuatan buruk dari Sang Kala Tiga tersebut menguasai kita.Dan sudah seyogyanya pula kita menghaturkan puji syukur dan bakti kepada Sang Maha Pencipta yang sudah memberikan rahmatnya dengan menghaturkan persembahan semampu kita dengan rasa yang tulus dan ikhlas,”papar Ida Bagus Partama.

“Terakhir pesan saya kepada umat Sedharma khususnya agar di zaman modern dan serba digital ini hendaknya kita pintar- pintar menyikapi setiap perubahan yang berkembang.Jangan terkungkung dengan feodalisme agar kita tidak hanyut terbawa arus zaman dan harus berani bersikap terhadap hal – hal yang bisa merusak dan mengubah tatanan kehidupan masyarakat Bali yang kental dengan budaya warisan leluhur.Pintar- pintarlah memfilter mana yang positif dan mana yang negatif.Kita memang tidak bisa memungkiri bahwa yang kekal itu adalah perubahan.Semua itu intinya adalah sejauh mana kita bisa mengendalikan diri dari peradaban zaman ini khususnya generasi muda penerus bangsa,”harapnya mengakhiri pembicaraan. (Asa)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button