BeritaNasional

RABU ABU: “APABILA KAMU BERPUASA, JANGANLAH MURAM MUKAMU SEPERTI ORANG MUNAFIK”

SINGARAJA-JARRAKPOSBALI.COM – “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu,” Injil Matius 6:16-18.

Inilah sepengal kutipan Injil yang dibaca pada misa Rabu Abu, Rabu (26/2/2020) di gereja-gereja Katolik. Rabu Abu merupakan upacara mengawali masa puasa bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Tradisi puasa di kalangan umat Katolik yang dikenal dengan istikah Masa Prapaskah yang berlangsung 40 hari itu diawali dengan Rabu Abu yang ditandai dengan abu di dahi sudah dikenal dalam tradisi Kitab Yoel.

Umat Katolik yang tergabung dalam Kelompok Doa Maria Dolorosa (KDMD) binaan Romo J Tanumiarja Nyoman, SVD, juga menggelar misa Rabu Abu pada Rabu (26/2/2020) petang hingga malam di Rumah Doa Maria Dolorosa di LC 10 Baktiseraga, Singaraja, Bali.

Kendati sore itu Buleleng diguyur hujan deras namun itu tidak menghalangi niat umat untuk menghadiri misa Rabu Abu. Misa yang dihadiri sekitar 100-an umat itu dipimpin langsung Romo J Tanumiarja Nyoman, SVD.

Umat yang tersebar di seluruh Kabupaten Buleleng seperti di Sumberkima, Gerokgak, Patas Kecamatan Gerokgak, hingga Tinggarsari, Kecamatan Busungbiu pun hadir di bawah guyuran huja lebat itu.

Romo Yan – sapaan Romo J Tanumiarja Nyoman, SVD – dalam kotbahnya antara lain menjelaskan bahwa nilai puasa yang benar mengarah para pertobatan bukan sekedar melakukan perbuatan-perbuatan lahiriah, bukan sekedar puasa tidak makan atau pantang memakan makanan tertentu.

Abu jadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dosa sekaligus tanda pertobatan.

Merujuk pada kitab suci, abu juga jadi tanda pertobatan di Kota Niniwe. Seperti dalam Kitab Kejadian (Kej.2:7), umat Katolik diingatkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu ketika akan tiada lalu kembali menjadi debu.

Francelino XXF Junior, Koordinator MUDIKA KDMD, menjelaskan Abu yang dioleskan di dahi bukan dilakukan tanpa makna. Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja memaparkan, abu di dahi membantu umat untuk mengenali kembali area spiritual. Dahi dan kepala adalah tempat pikiran dan akal budi bekerja.

Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan melangsungkan masa pertobatan selama 40 hari tanpa menghitung hari Minggu. Masa ini akan genap pada Sabtu sebelum perayaan Minggu Palma.

Angka 40 mengingatkan umat Katolik akan perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun dan puasa Yesus selama 40 hari.

Sesuai tradisi Katolik, kata Junior, setiap Jumat sore akan diadalah Jalan Salib mengenang penderitaan Jesus. “Kami buat jadwal, setiap Jumat ada petugas Jalan Salib dan kami mohon umat juga lebih banak aktif dalam kegiatan Jalan Salib ini,” pungkas Junior.

Penulis: Francelino
Editor: Jering Buleleng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button