Prajuru Adat Banjar Nesa, Anak Agung Gede Ngurah Astawa Putra mengatakan, tradisi ini digelar baru pertama kali setelah sekian tahun vakum karena tidak dibangkitkan lagi. “Tradisi ini sudah ada sejak turun temurun namun sekian lama sempat vakum. Karena sekarang dikaitan dengan upacara Nyatur serta dibangkitkan lagi tetamian-tetamian yang ada di Pura Kangin, maka tradisi ini dilaksana kembali dimaknai sebagai wujud rasa syukur Krama setempat atas anugrah Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ujar Anak Agung Gede Ngurah Astawa.
Lebih lanjut dijelaskan, Krama Banjar berjalan beriringan dari Balai Banjar Adat Nesa menuju areal Pura Baleagung Pura Kangin diawali dengan ngaturang pujawali di Balai Banjar dan mendak Ida Penyarikan. “Mepeed Banten Gebogan ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar maupun pengendara yang melintas di Jalan Raya Banjarangkan,” ucapnya.
Setelah menggelar mapeed dilanjutkan dengan menghaturkan Pujawali nyatur diiringi dengan tarian Rejang Dewa, Rejang Sari, Rejang Kesari dan tari Baris Gede. “Pujawali dilaksanakan setiap enam bulan sekali bertepatan dengan Umanis Galungan, setiap satu tahun sekali dilaksanakan upacara Nyatur yang mana upakaranya cukup besar” jelas Prajuru Adat Nesa ini.(JP/Td).