Klungkung

Goa Jepang Desa Koripan Klungkung, Kini Hadirkan Wisata Kuliner

Selain sebagai destinasi sejarah, kini Goa Jepang disulap untuk wisata kuliner, angkat nilai kearifan lokal untuk majukan UKM 

KLUNGKUNG, jarrakposbali.com | Angkat kearifan lokal sebagai daya ungkit untuk memajukan destinasi wisata yang ada di Klungkung, kini Goa Jepang disulap menjadi wisata kuliner untuk majukan Usaha Kecill Menengah (UKM).

Dikelola melalui Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA), Desa Koripan Tengah berinovasi dengan bahu – membahu bersama pelaku wisata lokal untuk mengimplementasikan pengalamanya dalam bidang pariwisata.

Menurut keterangan Bendesa Adat Koripan Tengah Anak Agung Gede Rai Artawan, menerangkan bahwa pihaknya dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung melalui Dinas Pariwisata untuk mengelola aset Goa Jepang ini untuk dikelola dan dikembangkan menjadi wisata kuliner.

“Kami sedang memproses sistim kerja samanya untuk bisa kami jadikan acuan dalam pengembangannya,” ujarnya pada saat pembukaan wisata kuliner di Goa Jepang, Desa Koripan, Banjarangkan, Klungkung, Minggu (8/9/2024).

Sementara itu Camat Banjarangkan Dewa Komang Aswin, dalam arahannya sekaligus mewakili Pj.Bupati Klungkung, sangat mengapresiasi akan kegiatan ini.

Dirinya berharap usaha ini akan mampu untuk menjadi bius positip untuk pelaku dan praktisi pariwisata di Desa untuk ikut membangun desanya dalam memajukan pariwisatanya.

“Semoga usaha ini akan mampu untuk menaikan dan mengangkat usaha mikro sebagai embrio dalam memajukan nilai kearifan lokal desa,” tegasnya.

Camat Banjarangkan Dewa Komang Aswin

Untuk perlu diketahui bahwa , Goa Jepang Banjarangkan dibangun pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, sekitar tahun 1942-1945. Tentara Jepang membangun goa-goa ini sebagai bagian dari strategi pertahanan menghadapi serangan sekutu.

Lokasi Goa Jepang di Banjarangkan dipilih karena letaknya yang strategis di dekat Sungai Tukad Bubuh, yang dapat digunakan sebagai jalur suplai air dan transportasi.

Selain itu, goa-goa ini terletak di daerah perbukitan yang memungkinkan tentara Jepang untuk mengamati pergerakan musuh dari ketinggian.

Meskipun demikian, goa-goa ini jarang digunakan karena Jepang menyerah kepada Sekutu setelah pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.(jpbali).

Editor : Putu Gede Sudiatmika.

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button