Penemuan Potongan Kaki Manusia di Buleleng, Ternyata Milik Pasien Amputasi
SINGARAJA, jarrakposbali.com – Geger! Pengunjung Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecataman/Kabupaten Buleleng dihebohkan dengan penemuan potongan kaki manusia pada Jumat, 20 Oktober 2023 sekitar pukul 14.30 WITA.
Potongan kaki ini pertama kali ditemukan oleh seorang pelajar bernama Made Mahatma Putra Sudaya (13) yang sedang bermain di pantai. Ia kemudian melihat benda mengambang yang awalnya dikira potongan kaki babi.
Karena penasaran, Mahatma lalu menarik kaki itu ke darat dengan kayu. Mahatma lalu terkejut setelah benda itu diperhatikan ternyata merupakan potongan betis manusia yang sebagian masih terlilit perban.
“Temuan itu lalu dilaporkan ke aparat desa setempat. Sedangkan potongan kaki itu diamankan oleh Tim Identifikasi Polres Buleleng dan dititipkan ke RSUD Buleleng,” ujar Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Darma Diatmika.
Tak berhenti sampai di sana, pihak kepolisian lalu melakukan penyelidikan guna mengetahui pemilik potongan kaki tersebut. Berdasarkan penelusuran pihak kepolisian, pada Minggu, 22 Oktober 2023 diketahui bahwa potongan kaki itu ternyata milik seorang pasien yang melakukan operasi amputasi di RSUD Buleleng.
Pasien yang diketahui asal Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu melakukan operasi amputasi pada Jumat, 20 Oktober 2023 pagi.
Potongan kaki tersebut merupakan tindakan medis yang dilakukan oleh tim medis RSUD Buleleng. Bahkan sudah ada serah terima organ.
“Keluarga pasien mengakui, organ dari operasi itu dibuang di sebelah barat Pura Pantai Penimbangan dengan dibungkus menggunakan tas kresek warna kuning serta dijelaskan kondisi kaki bawah dibalut dengan perban,” tutupnya
Sementara itu Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha; membenarkan bahwa potongan kaki itu merupakan hasil tindakan medis milik pasien di RSUD Buleleng. Potongan kaki itu pun sudah diserahkan pihak rumah sakit ke keluarga pasien.
Arya mengatakan bahwa RSUD Buleleng sudah memiliki sistem pengelolaan limbah hasil operasi, meski sebagian pasien memilih mengelolanya sendiri agar bisa diupacarakan secara adat.
“Kami punya sistem pengelolaan limbah hasil operasi. Dibawa ke insinerator di Jawa, karena di Bali belum ada. Setiap minggu itu diambil,” jelasnya.
Ia pun menyayangkan tindakan keluarga pasien yang membuang potongan kaki itu tanpa dikelola sebelumnya, seperti dilakukan kremasi, sehingga tidak mencemari lingkungan. (fJr/JP)