Demo Polres Buleleng, Arka Wijaya dan Putra Yasa Tak Dapat Jawaban Pasti
SINGARAJA, jarrakposbali.com – Ratusan orang yang dikoordinir Gede Putu Arka Wijaya mendatangi Polres Buleleng mempertanyakan kasus Komang Putra Yasa.
Aksi ini berlangsung pada hari Senin, 13 Februari 2023 pukul 10.00 WITA di Polres Buleleng yang beralamat di Jl. Pramuka No. 1 Singaraja.
Massa juga datang dengan membawa beberapa spanduk tuntutan serta sindiran atas proses hukum yang tengah dijalani Komang Putra Yasa.
Seperti “Haruskah Istri Saya Mati Dulu Baru Perman Dan Otak Pelaku Ditangkap” dan “Bapak Kapolri Dimana?? Masyarakat Menuntut Keadilan”.
Bahkan ada juga spanduk yang berbunyi “Polres Presisi Apa Hanya Slogan Saja?”
Awalnya, massa enggan masuk ke halaman Polres Buleleng dan memilih bertahan di luar Polres Buleleng sembari berorasi.
Mereka juga menunggu kedatangan petinggi-petinggi Polres Buleleng, seperti Kapolres, Kasatreskrim, dan Kasi Humas.
Namun berkat negosiasi yang dilakukan Kabag Ops Polres Buleleng, Kompol I Gusti Alit Putra; mereka akhirnya mau masuk.
Usai berada di halaman Polres Buleleng, pihak kepolisian kemudian mengajak perwakilan massa untuk masuk ke dalam ruangan untuk berbicara dan beraudiensi.
Tapi hal itu ditolak oleh Arka Wijaya dan Putra Yasa, karena mereka menginginkan pembicaraan yang berlangsung terbuka di depan semua orang.
Bahkan saat itu, Arka Wijaya sempat memanggil Kanit 1 Sat Reskrim Polres Buleleng yang kebetulan berada di sana.
Kanit 1 Sat Reskrim Polres Buleleng menunjukkan gestur mengajak Arka Wijaya untuk berbicara di dalam ruangan, namun tidak digubris Arka Wijaya.
Sempat berdiam di halaman Polres Buleleng sekitar 30 menit, massa akhirnya memilih kembali ke luar lantaran permintaan mereka tidak mendapat tanggapan.
Merasa tidak dapat keadilan
Komang Putra Yasa, pelapor; merasa heran dengan sikap Polres Buleleng yang seolah-olah tidak memberikan keadilan dan perlindungan baginya.
Dan menurutnya, malah masyarakat biasa yang ia sebut adalah Arka Wijaya, yang memberikan perlindungan kepadanya.
“Seharusnya saya ke kepolisian minta perlindungan, pak. Kenapa dari sana tidak dapat perlindungan, pak?,” ujarnya kepada wartawan.
“Itu otaknya jelas, Budi Hartawan datang sama preman itu, pak. Senjata tajam jelas, dan mau menghabisi saya dan istri saya,” ungkapnya lagi.
“Sekarang istri saya sakit akibat tekanan ini. Apa menunggu istri saya mati dulu baru preman dan otaknya Budi Hartawan ditangkap, pak ya?” ucapnya dengan nada heran.
Sementara itu, selaku pendamping Putra Yasa, Arka Wijaya menyebutkan bahwa kedatangannya dengan massa bukan bertujuan melawan atau menyerang polisi.
Namun menurutnya, ini sebagai bentuk edukasi agar masyarakat berani berbicara kebenaran, meskipun proses hukum yang baginya sangat lambat.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat harus berani menyuarakan kebenaran. Karena selama ini kami banyak mendengar pengaduan masyarakat lemah yang tidak mendapa keadilan,” jelasnya.
“Penegakan hukum, kami bilang sangat lambat. Saya bukan sok-sok-an. Kami justru membantu kepolisian, bukan ingin menyerang atau melawan kepolisian,” jawab Arka Wijaya.
Sayangkan tuntutan massa
Sementara itu, Kabag Ops Polres Buleleng, Kompol I Gusti Alit Putra; menyayangkan tuntutan massa yang ingin beraudiensi di depan orang banyak.
Menurutnya hal itu malah akan menimbulkan banyak persepsi yang berujung adu mulut.
Ini juga karena permasalahan yang menimpa Putra Yasa merupakan masalahnya pribadi bukan masalah orang banyak.
“Komang Putra Yasa kita persilahkan masuk ke dalam untuk menerima penjelasan apa yang diminta tapi yang bersangkutan tidak mau dan maunya di depan umum,” ungkapnya.
“Padahal kasus ini perorangan dia sendiri, ngapain harus di luar di muka umum, nanti bisa terjadi perang mulut. Ini yang ingin kita hindari,” tambahnya.
“Permintaan massa itu biarkan penyidik untuk menjelaskan di muka umum. Padahal massa kan tidak tahu apa-apa, massa kan tidak tahu permasalahan itu apa,” lanjutnya.
Namun, Kompol Alit Putra mengaku akan mengecek proses kasus Putra Yasa untuk mengetahui perkembangannya.
Aksi ini dijaga ketat polisi dan massa yang tidak mendapat jawaban kemudian membubarkan diri sekitar pukul 13.00 WITA. (fJr/JP)