KlungkungPariwisata

Dokar, Transportasi Tradisional yang Mulai Tersisih di Era Digitalisasi

Meski Kini Jarang Digunakan, Dokar Menjadi Kenangan Sejarah Transportasi Nusantara

jarrakposbali.com,KLUNGKUNG – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi digital, dokar sebagai alat transportasi tradisional semakin jarang ditemui di jalanan. Dahulu, dokar menjadi pilihan utama masyarakat untuk mobilitas sehari-hari.

Namun, seiring hadirnya kendaraan bermotor yang lebih cepat dan praktis, dokar kini lebih dikenal sebagai simbol sejarah dan budaya. Meski demikian, keberadaan dokar tetap mengingatkan kita pada masa lalu ketika alat transportasi ini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

I Ketut Dania, pemilik dokar di area parkir Pasar Tematik Wisata Semarapura, mengatakan bahwa ia tetap optimis menjalani pekerjaannya yang sudah dilakoni selama sekitar 10 tahun. Walau zaman terus berubah, semangatnya untuk melestarikan tradisi dokar tidak pernah pudar.

Walaupun kini hanya tersisa dua orang yang masih aktif mengemudikan dokar, I Ketut Dania berharap pemerintah dapat mencari solusi untuk melestarikan keberadaan transportasi tradisional ini.

“Semoga ada perhatian dari pemerintah agar tradisi dokar tidak hilang begitu saja,” ujarnya,Minggu (25/5/2025).

Lebih lanjut, Ketut Dania menjelaskan bahwa dokar juga menjadi pesan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata Klungkung, khususnya di Wisata Kerta Gosa. Ia berharap pemerintah atau dinas terkait bisa menjadikan dokar sebagai bagian dari atraksi wisata di Klungkung.

“Saya berharap dokar bisa menjadi daya tarik wisata agar tradisi ini terus dikenang,” katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Klungkung, Tjokorda Gde Surya Putra, saat dimintai keterangan mengenai keberadaan dokar, menyatakan sangat setuju. Ia menegaskan bahwa selain berfungsi sebagai alat transportasi, dokar juga merupakan warisan budaya yang berharga bagi daerah.

Walaupun jumlah dokar kini tidak sebanyak dulu karena perkembangan moda transportasi modern, keberadaannya tetap penting sebagai penunjang pariwisata budaya.

“Dokar sekarang lebih berperan sebagai bagian dari atraksi wisata, bukan lagi alat transportasi utama,” ungkapnya.

Pemerintah berkomitmen untuk mempertahankan warisan budaya dokar di Klungkung agar tidak punah. Namun, tantangannya adalah minat generasi muda yang semakin berkurang untuk mewarisi tradisi ini.

“Kami ingin dokar tetap hidup, tapi butuh dukungan agar generasi muda juga tertarik melestarikannya,” ungkapnya.

Ke depan, pemerintah Klungkung berencana mengemas dokar sebagai bagian dari paket wisata kota untuk memberikan nilai tambah ekonomi. Meskipun saat ini sudah ada program tersebut, namun belum berjalan secara optimal.

Pemerintah bertekad memastikan keberadaan dokar tidak punah di Klungkung. Bahkan, rencana pemberian insentif kepada para kusir dokar sedang dipertimbangkan agar mereka tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya ini.

“Kita akan terus dorong dokar menjadi daya tarik wisata sekaligus sumber penghasilan bagi kusirnya. Insentif akan kami berikan agar tradisi ini tetap lestari,” pungkas Wakil Bupati Klungkung.

Dengan langkah ini, diharapkan dokar tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi ikon pariwisata yang membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat Klungkung, sekaligus menjaga nilai budaya yang tak ternilai harganya.(jpbali).

Editor : Putu Gede Sudiatmika.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button