Berita

Penjor Kreasi Dan Inovatif Boleh,Asalkan Unsur Yadnya Tetap Lengkap

Denpasar,Jarrakposbali.Com | Penjor merupakan salah satu sarana upacara yang sangat penting dan mengandung sarat makna religius ketika ada upacara Piodalan dan Hari Suci Galungan.

 

Namun seiring perkembangan zaman daya kreativitas seni generasi muda terus berkembang sehingga kini penjor dibikin sedemikian rupa sehingga disamping bermakna religius,penjor juga menjadi karya seni yang bernilai tinggi.

 

Meski penjor sudah menjadi barang yang lumrah,namun masih banyak pertanyaan dari Umat Hindu mengenai tata cara membuat penjor,pemasangan penjor,waktu pencabutan dan hal-hal lain yang masih menjadi ganjalan.

 

Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut,Jurnalis Jarrakposbali melakukan wawancara eksklusif dengan Prof.Dr.Drs.I Gusti Ngurah Sudiana,M.Si.,seorang Guru Besar sekaligus Rektor UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denppasar.

 

“Menurut Lontar Sundari Gama,penjor Galungan merupakan penjor sakral dan disucikan.Mulai dari pembuatan, bahan- bahannya yang mengandung makna religius,waktu pemasangan,waktu dan proses pencabutannya semua ada aturannya,”ucapnya.

 

Memang saat ini kebanyakan penjor dibuat begitu bagus dan mewah,penuh kreasi dan inovatif.Itu boleh- boleh saja.Kita hargai kreativitasnya.Tapi jangan sampai mengabaikan kelengkapannya sebagai sarana upacara suci..Di samping bahan utamanya dari bambu,ada janur atau ambu,plawa ( daun),harus juga ada Sanggah Ardha Candra,pala bungkah ( umbi- umbian),pala gantung ( buah- buahan),pala wija ( biji- bijian) dan lain- lain.

 

Dan waktu pemasangannya pun tidak boleh asal sempat.Semestinya penjor dipasang saat Hari Penampahan Galungan.Karena ibarat HP,bila menghubungi nomer tertentu,hanya nomer itulah yang bisa dihubungi agar tetap sasaran.Di samping itu sudah ditentukan pembagian rangkaian kegiatannya.Saat Penyekeban atau penapean,kita nyekeb pisang dan bikin tape,saat Penyajaan,kita bikin jaja ( kue) dan saat penampahan kita mebat dan memenjor.Itu sudah jelas dan punya makna khusus,”terang Sudiana.

 

Mantan Ketua PHDI Bali ini juga mengingatkan jangan pernah merusak atau mencabut penjor Galungan sembarangan meskipun kondisinya sudah tidak bagus lagi.Saat yang tetap mencabut penjor yaitu Hari Rabu,Wuku Pahang,35 hari setelah Galungan.Dan penjor yang dicabut harus diprelina( dibakar) lalu abunya dimasukkan ke kelapa gading,dihaturkan banten dan dipendam di pekarangan rumah untuk memohon kesuburan.

 

Saat ada Upacara Yadnya Besar seperti Ngenteg Linggih di Pura Kahyangan,di mana di setiap rumah bikin penjor.Lalu pas saat Galungan apakah bikin penjor lagi?

 

“Kalau ada Karya Agung di Kahyangan,itu khusus penjornya sesuai dengan runtutan upacaranya. Begitu juga saat Galungan,khusus bikin penjor Galungan.Jadi,penjor Karya Ngenteg Linggih dengan Penjor Galungan punya fungsi masing- masing yang tentunya berbeda. Kurang tepatlah bila bantennya di gabung dalam satu Sanggah Penjor,”terangnya mengakhiri wawancara. (Bratayasa)

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button