DPRD Bali Gelar Rapat Paripurna Ke-9
Sambut Kepemimpinan Baru Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2025-2030

jarrakposbali.com, DENPASAR – DPRD Bali menggelar Rapat Paripurna Ke-9 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025, acara bertempat di Ruang Sidang Utama DPRD Bali, Selasa (4/3/2025).
Sidang paripurna yang dipimpin oleh Ketua DPRD Bali, Dewa Made Mahayadnya, sebagai langkah awal dalam menyambut kepemimpinan baru Gubernur dan Wakil Gubernur Bali periode 2025-2030.
Dengan dilantiknya Wayan Koster, sebagai Gubernur Bali dan I Nyoman Giri Prasta, sebagai Wakil Gubernur, diharapkan pembangunan Bali semakin maju dengan mengedepankan keseimbangan antara alam, manusia, dan budaya. Pemerintah daerah menegaskan komitmennya dalam menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dalam bingkai Pola Pembangunan Semesta Berencana demi kesejahteraan masyarakat.
“Kepemimpinan baru adalah momentum untuk melangkah lebih jauh. Dengan kebersamaan, kita wujudkan Bali yang maju, harmonis, dan Sejahtera,” ujar Dewa Made Mahayadnya, Ketua DPRD Bali.
Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam pidatonya menegaskan bahwa pembangunan Bali lima tahun ke depan akan tetap berlandaskan pada ajaran leluhur yang menekankan keseimbangan antara alam, manusia, dan budaya. Hal ini ia sampaikan dalam pidato perdananya di Rapat Paripurna DPRD Bali, Selasa, 4 Maret 2025, setelah resmi dilantik kembali bersama Wakil Gubernur I Nyoman Giri Prasta, S.Sos.
Di hadapan pejabat daerah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan anggota legislatif, Koster menyoroti keberhasilan Pilkada 2024 sebagai bukti kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan yang berpihak pada pembangunan berbasis kearifan lokal. Ia juga menegaskan bahwa arah kebijakan Bali harus tetap berada dalam koridor nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur.
“Pembangunan Bali tidak boleh keluar dari koridor wejangan leluhur yang telah diwariskan kepada kita,” ujar Wayan Koster
“Keberhasilan Pilkada 2024 adalah bukti kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan yang berlandaskan kearifan local,” kata Wayan Koster
Wayan Koster, juga menerangkan bahwa pembangunan Bali lima tahun ke depan akan berlandaskan pada filosofi Sad Kerthi, yang menekankan penyucian dan pemuliaan enam elemen utama kehidupan: Atma Kerthi (jiwa), Segara Kerthi (laut), Danu Kerthi (air), Wana Kerthi (hutan), Jana Kerthi (manusia), dan Jagat Kerthi (alam semesta).
Dalam pidatonya Koster mengutip Bhisama Lontar Batur Kelawasan yang mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan gunung, laut, dan alam. Ia menegaskan bahwa jika prinsip ini diabaikan, Bali akan menghadapi ancaman serius seperti kerusakan lingkungan, degradasi budaya, dan ketimpangan ekonomi.
“Jangan sekali-kali kita hidup dengan merusak alam. Jika tidak mematuhi, kita akan terkena kutukan: pangan dan air langka, umur pendek, penyakit merajalela, dan perpecahan di antara sesame,” jelas Wayan Koster.
“Sad Kerthi adalah fondasi pembangunan Bali yang harus dijaga demi keseimbangan alam, manusia, dan budaya,” tegas Wayan Koster.
Wayan Koster, juga menyoroti berbagai tantangan krusial yang harus segera diatasi demi menjaga keberlanjutan Bali. Beberapa isu utama yang ia tekankan antara lain alih fungsi lahan yang semakin tinggi, ancaman ketersediaan air bersih, maraknya kasus narkoba dan prostitusi, serta praktik pembelian aset oleh pihak asing dengan menggunakan nama warga lokal.
Ia menegaskan bahwa Bali harus dijaga agar tetap menjadi Padma Bhuwana, pusat spiritual dunia, bukan hanya sekadar destinasi wisata yang dieksploitasi tanpa memperhatikan keseimbangan alam, budaya, dan masyarakatnya.
“Bali harus kita jaga agar tetap menjadi Padma Bhuwana, pusat spiritual dunia, bukan sekadar destinasi wisata yang dieksploitasi,” harap Wayan Koster.
“Alih fungsi lahan, krisis air, dan maraknya praktik ilegal adalah tantangan besar yang harus segera kita atasi demi masa depan Bali,” sebut Wayan Koster.
Wayan Koster, melaporkan bahwa ekonomi Bali tumbuh 5,48% pada tahun 2024, melampaui pertumbuhan nasional yang mencapai 5,03%. Sektor pariwisata masih menjadi kontributor utama, dengan 6,4 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Bali dan menyumbang Rp 107 triliun terhadap devisa nasional.
Namun, Koster mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada pariwisata bisa menjadi risiko bagi stabilitas ekonomi Bali. Untuk itu, ia menegaskan pentingnya transformasi ekonomi dengan memperkuat sektor pertanian, industri kreatif, dan ekonomi berbasis digital guna menciptakan keseimbangan yang lebih berkelanjutan.
“Kita harus memastikan keseimbangan antara sektor pariwisata dan sektor non-pariwisata, agar Bali tidak terjebak dalam ketergantungan yang rapuh,” kata Wayan Koster.
Wayan Koster, menyoroti ketimpangan ekonomi antara wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) dan luar Sarbagita, di mana 86% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali masih terkonsentrasi di perkotaan. Untuk itu, ia berkomitmen mendorong pembangunan yang lebih merata ke seluruh Bali.
Sebagai landasan kebijakan 2025-2030, Koster menegaskan bahwa pembangunan Bali akan berpegang pada Trisakti Bung Karno, dengan mengurangi ketergantungan pada pariwisata dan memperkuat sektor produktif lainnya. Ia juga memastikan regulasi yang melindungi kepentingan rakyat Bali, termasuk pembatasan kepemilikan properti oleh pihak asing serta menjaga keaslian budaya Bali dari komersialisasi yang berlebihan.
“Pembangunan Bali harus sesuai dengan jati diri kita. Kita tidak boleh kehilangan identitas karena godaan investasi yang hanya mengeksploitasi tanpa memberi manfaat nyata bagi Masyarakat,” beber Wayan Koster.
Menutup pidatonya, Gubernur Bali Wayan Koster mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dalam menjaga keharmonisan dan menjalankan pembangunan dengan spirit gotong royong, sesuai dengan ajaran leluhur.
Ia menegaskan bahwa Bali bukan sekadar tempat tinggal, tetapi warisan suci yang harus dijaga bersama. Dengan kebersamaan, kearifan, dan kesetiaan pada nilai-nilai budaya, ia yakin Bali dapat terus berkembang secara berkelanjutan tanpa kehilangan identitasnya.
“Bali bukan hanya tanah tempat kita tinggal, tetapi warisan suci yang harus kita jaga. Mari kita bangun Bali dengan hati, dengan kearifan, dan dengan kesetiaan pada pesan para leluhur,” tutup Wayan Koster. (jpbali).
Editor : Putu Gede Sudiatmika.